Ancaman Tsunami Covid, Crazy Rich Nepal Kritik Pemerintah

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
31 May 2021 19:56
Pandemi Covid di Nepal. (AP/Niranjan Shrestha)
Foto: Pandemi Covid di Nepal. (AP/Niranjan Shrestha)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa miliuner di Nepal mulai mengeluhkan tentang gelombang pandemi Covid-19 yang masuk ke negara mereka.

Melansir CNBC International, salah satunya adalah Binod Chaudhary. Ia mengatakan bahwa Nepal perlu langkah-langkah yang tepat dalam menangani pandemi dan berhenti meremehkan Covid, salah satunya adalah menunda pemilu.

"Harus saya akui, kami mungkin meremehkan, sebagai sebuah bangsa, intensitas gelombang kedua," katanya kepada "Street Signs Asia" CNBC pada hari Jumat (28/5/2021). "Hentikan pemilu untuk sementara waktu hingga Covid mereda."

Kasus Covid di negara Himalaya melonjak pada bulan April dan terus mencapai rekor tertinggi baru pada bulan Mei. Hingga 30 Mei, Nepal telah melaporkan 557.124 infeksi virus corona dan 7.272 kematian, menurut data dari otoritas kesehatan setempat.

Lebih buruk lagi, para ahli kesehatan Nepal mengatakan kasus yang dilaporkan tidak mewakili prevalensi sebenarnya dari, dengan pelacakan kontak hampir berhenti dalam beberapa bulan terakhir. Diperkirakan kasus sebenarnya jauh lebih besar dari angka yang dirilis sekarang ini.

"Data yang dirilis oleh pemerintah Nepal hanyalah mereka yang diuji setelah mengembangkan gejala penyakit," kata Dr Binjwala Shrestha, asisten profesor di Institut Kedokteran Universitas Tribhuvan, kepada Xinhua sebagaimana dilaporkan Strait Times.

Selain itu kondisi fasilitas kesehatan di negara itu sudah mulai mirip dengan tetangganya India yang ambruk akibat banyaknya pasien. Di ibu kota Kathmandu, Rumah Sakit Penyakit Menular dan Tropis Sukraraj telah meningkatkan jumlah tempat tidur dari 60 menjadi 90, dengan semua kamar, koridor, dan bagian gawat darurat ditempati oleh tempat tidur orang yang terinfeksi.

"Kami tidak dalam posisi untuk memperpanjang lebih jauh," kata Dr Sagar Rajbhandari, direktur di rumah sakit itu kepada Kathmandu Post. "Kami juga tidak memiliki sumber daya manusia, atau ruang untuk menambah jumlah tempat tidur." Tambahnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular