Pandemi, Apa Kabar Shell Cari Investor Pengganti di Masela?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
25 May 2021 15:17
FILE PHOTO: Shell's company logo is pictured at a gas station in Zurich April 8, 2015.  REUTERS/Arnd Wiegmann/File Photo
Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Royal Dutch Shell Plc (Shell) melalui Shell Upstream Overseas berencana melepas hak partisipasi atau participating interest (PI) di Blok Masela, Maluku sejak beberapa tahun lalu dan kembali mengemuka pada tahun lalu.

Namun, sebelum hengkang dari proyek ini, Shell pun harus dipastikan bisa mendapatkan investor penggantinya terlebih dahulu.

Namun, di saat pandemi seperti ini, di mana permintaan minyak dan gas dunia masih rendah dan perusahaan migas dunia mengerem investasi dan pengeluaran, bagaimana kelanjutan rencana ini? Apakah Shell telah mendapatkan calon investor penggantinya?

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan proses divestasi saat ini masih tengah berlangsung.

"Masih proses divestasi, ongoing," kata Julius kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/05/2021).

Pihaknya menargetkan setidaknya pada akhir tahun 2021 ini sudah akan ada investor pengganti Shell di proyek Masela. Dia berharap agar proses pencarian investor pengganti ini bisa berjalan lancar, sehingga ada kepastian pemegang hak partisipasi ke depannya.

"Sampai dengan akhir tahun 2021 ini semoga sudah ada penggantinya ya," ungkapnya.

"Betul, doakan semoga lancar," imbuhnya, saat dikonfirmasikan apakah artinya Shell diberikan tenggat waktu hingga akhir tahun untuk memperoleh investor pengganti.

Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih juga menyebut bahwa SKK Migas saat ini masih menunggu proses yang sedang dilakukan oleh Shell.

"SKK Migas sedang menunggu proses yang sedang mereka lakukan," lanjutnya.

Seperti diketahui, saat ini Shell masih memiliki 35% hak partisipasi di Blok Masela, sedangkan sisanya 65% dimiliki oleh Inpex Masela Ltd. Adapun operator blok ini yaitu Inpex Masela Ltd.

Proyek senilai US$ 19,8 miliar ini ditargetkan memproduksi 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari. Proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027.

Sebelumnya, VP Corporate Services Inpex Masela Henry Banjarnahor mengungkapkan bahwa pihak Shell telah melakukan penghitungan ulang mengenai keterlibatan mereka di proyek tersebut.

Dia menyebut, kurang kompetitifnya proyek ini dibandingkan dengan portofolio proyek Shell di negara lain menjadi salah satu penyebab rencana mundurnya Shell dari proyek Masela ini.

"Mereka (Shell) melihat global portofolio mereka di seluruh dunia dan mereka menganggap bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan mereka, jadi mereka mengutamakan itu," kata Henry saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (24/08/2020).

Kendati demikian, dia menilai bahwa rencana hengkangnya Shell itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Menurutnya, peristiwa pelepasan saham di bisnis hulu migas adalah hal biasa.

"Sebetulnya proses divestasi di dalam kegiatan usaha hulu migas itu adalah sesuatu hal yang biasa. Partner (mitra) itu datang dan pergi," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hmm, Siap-Siap Proyek Gas Raksasa Masela Bisa Molor Lagi nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular