Butuh Duit Ratusan Triliun, Dana Jadi Masalah Klasik Kilang

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 May 2021 21:19
PT KPI sukses mencatatkan kinerja operasi yang jauh melampaui target RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan). Terdapat beberapa faktor utama yang mendorong kinerja positif tersebut, antara lain optimasi kilang dan efisiensi biaya operasional.
Foto: Dok Pertamina

Jakarta, CNB Indonesia - Pembangunan kilang minyak baru di Indonesia sudah terhambat selama puluhan tahun. Bahkan, proyek kilang yang tak kunjung terbangun ini sempat membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram.

Mengenai pembangunan kilang yang tidak kunjung terealisasi, menurut Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Gerindra Kardaya Warnika, permasalahan klasiknya adalah pendanaan.

Dia menyebut, 49 proyek pembangunan kilang sudah direncanakan sejak 1996, namun hingga kini belum ada yang terealisasi. Hal ini menurutnya tak lain dikarenakan masalah dana. Meski demikian, Kardaya mengapresiasi pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery/ GRR) di Tuban, Jawa Timur yang menunjukkan kemajuan.

"Survey membuktikan, statistik membuktikan masalah utamanya adalah ketersediaan dana. 49 proyek pembangunan kilang di Indonesia sejak tahun 1996 itu tidak ada yang terealisasi, masalahnya dana," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI dengan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin (24/05/2021).

Kardaya pun mempertanyakan apakah saat ini dana untuk membangun proyek kilang Tuban senilai US$ 16 miliar atau sekitar Rp 230,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) tersebut sudah diamankan. Karena jika belum, menurutnya untuk apa membeli tanah sampai 65 ribu hektar.

"Karena kalau tidak, beli tanah apa segala macam buat apa, apakah akan dibagikan ke rakyat daerahnya 65 ribu hektar dan ini di daratan semua, jadi ini yang harus dipikirkan," tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu, masalah dana diselesaikan dengan rencana kerja sama dengan pihak lain. Di awal kesepakatan, pihak lain memang bersedia untuk menjadi mitra, namun pada akhirnya malah tidak terlaksana alias perjanjian dibatalkan.

"Jadi, program utama dari masalah ini, berdasarkan pengalaman lalu-lalu adalah masalah dana dan bekerja sama dengan pihak lain. Awalnya iya-iya, begitu jalan pada batal," kata Kardaya.

Dia pun meminta agar masalah dana ini menjadi prioritas. Apalagi, imbuhnya, pembangunan infrastruktur energi berupa kilang ini sangat penting. Jika perlu, lanjutnya, pemerintah yang mendanai proyek kilang ini.

"Semua kilang Pertamina (existing) tidak ada yang didanai Pertamina, didanai pemerintah, pemerintah pinjam atau uang dari mana, seperti Kilang Cilacap, Balongan, Balikpapan semua gitu. Kalau ini penting, harus ada rencana itu, kalau nggak akan sama dengan yang lalu-lalu," ungkapnya.

Menanggapi hal ini, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan pihaknya terus memantau secara ketat mengenai progres pembangunan kilang ini. Dia juga mengatakan sudah mempertanyakan kepada Pertamina terkait realisasi investasi Kilang Tuban yang masih rendah.

"Memang betul, saya juga agak terus terang close monitoring dengan pembangunan ini terkait investasinya sampai saat ini masih rendah sekali, jadi saya sudah sampaikan juga ke Direktur Pertamina mengenai hal ini," ujarnya.

Perlu diketahui, proyek GRR Tuban ini diperkirakan membutuhkan investasi sebesar US$ 16 miliar atau sekitar Rp 230,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$). Proyek Kilang Tuban ini akan memproduksi minyak dengan kualitas standar Euro 5.

Proyek ini akan memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah 300 ribu barel per hari (bph) dan memproduksi sekitar 98 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 15,6 juta liter per hari diesel, 80 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 12,8 juta liter per hari bensin, 27 ribu bph atau sekitar 4,3 juta liter per hari avtur, dan sekitar 4,25 juta ton per tahun petrokimia, seperti ethylene glycol, polypropylene, paraxylene, polyethylene, dan styrene.

Proyek ini diperkirakan akan menyerap 20 ribu tenaga kerja saat puncak masa konstruksi dan 2.500 orang saat beroperasi.

Selain membangun Kilang Tuban, Pertamina kini tengah membangun proyek ekspansi kilang (Refinery Development Master Plan/ RDMP), antara lain kilang Balikpapan, Dumai, Balongan, dan Cilacap, dan kilang baru di Tuban, serta proyek kilang hijau atau dikenal dengan nama biorefinery di kilang Plaju dan Cilacap.

Berdasarkan data Pertamina per Februari 2021, total investasi untuk sejumlah proyek kilang tersebut mencapai US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$). Proyek ini ditujukan untuk mengolah 1,4 juta barel per hari (bph) minyak mentah dari sekitar 1 juta bph saat ini.

Proyek ini ditargetkan memproduksi BBM sekitar 1,2 juta bph dari saat ini sekitar 600 ribu bph, lalu produksi petrokimia naik menjadi 12 juta ton per tahun dari saat ini sekitar 1,66 juta ton per tahun. Adapun BBM yang dihasilkan memiliki standar Euro V dari saat ini masih standar Euro II.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi, Pertamina Kehilangan Calon Mitra di Kilang Balikpapan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular