
Hotel-Hotel di Bali Mulai Diobral, Belum Tahu Kapan Berakhir!

Jakarta, CNBC Indonesia - Hotel-hotel di Bali banyak bertumbangan hingga banyak pemiliknya menjual sampai mengobral untuk mengakhiri kesulitan tekanan pandemi. Belum tahu sampai kapan kondisi ini akan berakhir, meski pemerintah sudah dan sedang melakukan beberapa cara pemulihan.
Pemerintah sudah mencanangkan program Work From Bali (WFB) demi menghidupkan kembali sektor perhotelan dan wisata. Namun, itu baru akan berlangsung khusus di Pulau Dewata, sementara hotel di wilayah lain 'gigit jari'. Sehingga sulit memprediksi kapan perhotelan secara umum bisa bangkit.
"Wah sekarang agak susah dilihat dari segi timeline, pandemi dinamika masih sangat tinggi, perubahan yang terjadi akibat varian baru, kemudian kendala akibat distribusi vaksin yang mungkin nggak sesuai rencana awal dan sebagainya," kata Director Research Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus kepada CNBC Indonesia, Senin (24/5/21).
Ia memprediksi perhotelan bisa pulih hanya lewat program WFB adalah sesuatu yang sulit terwujud. Program WFB pun hanya menyasar 16 hotel dari ribuan hotel di Bali. Jika melihat skala nasional, jumlahnya berkali-kali lipat. Anton memperkirakan sektor perhotelan pulih butuh waktu lama.
"Jadi untuk waktu waktu kita harap tahun depan, kita nggak bisa bilang kuartal ini, kuartal ini, tapi semoga berangsur-angsur membaiknya. Kuncinya di penanganan pandemi," kata Anton.
Menurutnya ketika penanganan pandemi lebih terjaga, maka pemulihan ekonomi bisa lebih cepat berlangsung. Namun, keduanya kerap bersinggungan dan bahkan saling bertentangan. Ini menjadi PR bagi pemerintah, utamanya Kementerian dan Lembaga terkait dalam menelurkan kebijakan.
"Kita harap segala policy yang diberi pemerintah bisa menolong, syukur-syukur bisa berdampak signifikan. Yang diharap market apapun itu nggak separuh-separuh, semoga policy ini nggak bersinggungan dengan yang lain, misal pembatasan ke daerah lain, jadi orang rancu mau pulang kampung, agak susah. Akhirnya sektor hotel yang biasa mengalami kentungan jadi berat. Mungkin ada insentif transportasi, nggak dipersulit penyekatan dan sebagainya," jelas Anton.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Hotel Iri Pinjaman Lunak Rp 9 T ke Bali, Kok Bisa?