
Harga Batu Bara Membubung, Pengusaha Masih Ogah Hilirisasi?

General Manager dan External Affairs PT Arutmin Indonesia Ezra Sibarani mengakui kenaikan harga batu bara memberikan keuntungan untuk perusahaan. Namun menurutnya, di tengah lonjakan harga saat ini, perusahaan masih belum memutuskan untuk menaikkan produksi atau tidak.
"Kami masih mempertimbangkan apakah akan menambah produksi untuk ekspor atau tidak," ungkapnya.
Untuk hilirisasi, menurutnya saat ini Arutmin masih dalam proses kajian kelayakan yang lebih detail.
"Dan penjajakan dengan mitra, kerja sama yang akan bersama-sama mewujudkan proyek ini," tuturnya.
Sementara itu, Febriati Nadira, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyampaikan, kenaikan harga batu bara adalah sesuatu hal yang tidak bisa dikontrol.
Oleh karena itu, Adaro menurutnya akan fokus pada keunggulan operasional dan bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha.
Lebih lanjut dia mengatakan, Adaro juga akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat, serta keberlanjutan pasokan ke pelanggan.
"Adaro mendukung rencana pemerintah untuk hilirisasi batu bara. Adaro saat ini masih melakukan kajian gasifikasi batu bara, termasuk nota kesepahaman dengan Pertamina," ungkapnya.
Meski fokus Adaro juga menyesuaikan dengan program pemerintah, yakni proyek gasifikasi untuk memproduksi DME guna mengurangi impor LPG, namun menurutnya Adaro masih terbuka untuk memproduksi produk lainnya.
"Kami masih terbuka akan kemungkinan memproduksi produk lainnya seperti metanol, olefin, dan lain-lain sesuai dengan keperluan pasar," ujarnya.
(wia)[Gambas:Video CNBC]
