
Riset: Vaksin Pfizer Bisa Digabung AstraZeneca

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksinasi Covid-19 menggunakan kombinasi antara AstraZeneca untuk suntikan pertama dan Pfizer untuk suntikan kedua dinilai aman dan efektif. Hal ini diungkapkan dalam penelitian awal dari lembaga di Spanyol yang diterbitkan Selasa lalu.
Uji klinis kecil yang dipimpin oleh Carlos III Health Institute Spanyol menemukan bahwa pencampuran vaksin dapat memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap virus. Antibodi untuk menetralkan virus yang menerima dosis kedua dari vaksin Pfizer meningkat tujuh kali lipat, dibandingkan dengan yang hanya menerima satu dosis AstraZeneca.
Dilansir dari Anadolu Agency, penemuan ini lebih tinggi dibandingkan yang sebelumnya dilakukan ketika dua dosis AstraZeneca diberikan. Efek sampingnya juga relatif ringan pada mereka yang menerima suntikan Pfizer kedua.
Selain itu, penelitian menemukan tidak ada yang membutuhkan perawatan medis yang serius. Efek samping yang dilaporkan seperti 44% melaporkan sakit kepala, 25% menggigil dan 2,5% dengan demam.
Uji klinis melibatkan 673 peserta yang menerima suntikan AstraZeneca pertama. Kemudian grup kontrol memiliki 232 orang yang tidak menerima dosis vaksin kedua, sedangkan 441 sisanya diberikan suntikan Pfizer.
Spanyol mempercepat studi tersebut setelah memberikan vaksin AstraZeneca kepada sekitar 2 juta pekerja penting yang berusia di bawah 60 tahun. Kemudian, ketika hubungan potensial ditemukan antara vaksin dan pembekuan darah, negara mengubah kebijakan untuk hanya memberikan AstraZeneca kepada mereka yang berusia di atas 60 tahun.
"Hasil hari ini mendukung vaksinasi orang yang telah menerima dosis AstraZeneca pertama dengan Pfizer, tetapi keputusan akhir tidak terletak pada para peneliti," kata Jesus Antonio Frias dari Carlos III Health Institute, dikutip Rabu (19/05/2021).
Otoritas kesehatan Spanyol nantinya akan membahas apa yang harus dilakukan terhadap kelompok pekerja yang masih dalam ketidakpastian vaksin.
Meski demikian, Mantan Direktur WHO Daniel Lopez Acuna berpendapat bahwa penelitian kecil, dengan keterbatasan yang signifikan, bukan merupakan dasar yang kuat untuk membuat keputusan kesehatan masyarakat.
"Studi ini tidak melihat orang yang menerima dosis kedua AstraZeneca atau Moderna dan tidak dapat mendeteksi efek samping frekuensi rendah," tulisnya di Twitter. "Komisi Kesehatan Masyarakat harus mengikuti rekomendasi WHO dan European Medicines Agency serta menyetujui dosis kedua AstraZeneca pada orang yang berusia di bawah 60 tahun."
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satgas: Tidak Ada Rencana Gabungkan AstraZeneca dan Pfizer