
Bukan 28 Hari, Jarak Vaksin Covid di Singapura Jadi 8 Minggu

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura memutuskan untuk memperpanjang waktu jeda antara vaksinasi Covid pertama dan kedua dari yang sebelumnya 3 - 4 minggu menjadi 6 hingga 8 minggu. Hal ini untuk memperlancar program vaksinasi untuk mereka yang berusia 40 hingga 44 tahun.
Dikutip harian Straits Times, kebijakan ini mulai berlaku pada Rabu (19/5/2021) mendatang, dimana warga 40 hingga 44 tahun sudah boleh mendaftar untuk vaksinasi Perubahan dalam strategi penyuntikkan ini bertujuan agar 400 ribu lebih warga Singapura diberikan setidaknya satu dosis vaksin pada akhir Juli.
"Strategi yang disesuaikan berarti bahwa hampir semua penduduk Singapura yang memenuhi syarat harus mendapatkan setidaknya satu dosis pada awal Agustus," kata Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.
"Jika semua berjalan lancar, 4,7 juta orang akan ditanggung oleh setidaknya satu dosis vaksinasi pada Agustus (dan) ini secara substansial akan mencakup hampir semua populasi kami yang memenuhi syarat," katanya.
Lebih lanjut, bagi mereka yang sudah memiliki janji vaksinasi untuk suntikan kedua tidak akan terpengaruh. Namun pemerintah juga membuka ruang bagi mereka yang ingin menunda dosis kedua mereka sehingga orang lain bisa mendapatkan dosis pertamanya.
Sementara itu vaksinasi juga telah disetujui untuk mereka yang berada di kelompok usia 12 hingga 15 tahun. Hal ini untuk mempercepat pembentukan kekebalan bagi kelompok usia ini yang dikabarkan rentan terhadap Covid-19 varian India yang telah memasuki negara itu.
Hingga saat ini sebagian besar negara merekomendasikan agar vaksin Pfizer-BioNTech, yang digunakan juga oleh SIngapura, disuntikkan dengan selang waktu 21 hari. Untuk mitranya Moderna, disarankan 28 hari antara dosis.
Namun, beberapa telah beralih untuk memberikan setiap dosis terpisah lebih jauh untuk secepat mungkin memberikan perlindungan parsial kepada sebanyak mungkin orang terhadap virus corona.
Inggris, misalnya, telah memberikan dosis vaksin kepada rakyatnya dengan jarak hingga 12 minggu sejak Januari, menyusul lonjakan kasus pada Desember dan Januari.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak