Corona Menggila di ASEAN, Kok RI Aman? Tesnya Dikit, Bos...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 May 2021 10:35
Virus Outbreak Malaysia
Foto: AP/Vincent Thian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kembali mengancam kawasan Asia Tenggara. Beberapa negara terpaksa kembali melakukan 'penguncian' alias lockdown.

Dua negara tetangga Indonesia, Malaysia dan Singapura, adalah yang memutuskan untuk menutup 'keran' aktivitas dan mobilitas warga. Pekan lalu, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengumumkan pemerintah kembali menerapkan lockdown yang disebut Movement Control Order (MCO) skala nasional yang berlaku hingga 7 Juni 2021.

Pemerintah melarang warga melakukan perjalanan antar-kota dan antar-negara bagian. Rakyat Negeri Harimau Malaya juga dilarang kumpul-kumpul untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.

"Malaysia tengah menghadapi gelombang serangan ketiga Covid-19. Ini bisa memicu krisis nasional," tegas PM Muhyiddin dalam keterangannya, seperti dikutip dari Reuters.

Pun di Singapura. Mulai akhir pekan lalu hingga pertengahan bulan depan, pemerintah Negeri Singa membatasi warga yang berkumpul maksimal dua orang. Restoran tidak boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat, dan perkantoran wajib memberlakukan kerja jarak jauh bagi seluruh karyawan.

Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di kawasan Asia Tenggara per 16 Mei 2021 adalah 2.8082.564 orang. Bertambah 327.745 orang dari hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 386.238 orang per hari. Lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 355.621 orang setiap harinya.

Halaman Selanjutnya --> Ooo, Ini Tho yang Bikin Corona Indonesia 'Terkendali'

Meski Asia Tenggara sedang kelimpungan, tetapi Indonesia sepertinya nampak mampu mengendalikan pandemi. Kurva kasus positif di Tanah Air terlihat mulai melandai.

Per 16 Mei 2021, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 1.739.750 orang. Bertambah 3.080 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Selama dua pekan terakhir, rata-rata penambahan pasien positif tercatat 4.463 orang per hari. Jauh lebih sedikit ketimbang rerata dua minggu sebelumnya yaitu 5.209 orang.

Kok bisa begitu? Apa yang membuat Indonesia seakan 'imun' dari lonjakan kasus corona di Asia Tenggara?

Sepertinya hal itu terkait dengan jumlah tes. Harus diakui, jumlah tes di Indonesia belum semasif negara-negara tetangga.

Berdasarkan catatan Worldometer, Indonesia telah melakukan pengujian terhadap 15.528.037 spesimen. Namun kalau dilihat dari jumlah tes per 1 juta penduduk, baru 56.252 orang yang sudah menjalani uji virus corona.

Angka tes per 1 juta populasi Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara ASEAn-5, bahkan kalah dari Kamboja. Saat jumlah tes sedikit, tidak heran kasus yang ditemukan juga sedikit.

Oleh karena itu, rakyat Negeri 62 tidak boleh lengah. Kalau melihat data kasus corona harian memang melegakan, karena seolah-olah pandemi nampak terkendali.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa data itu didapat dari jumlah tes yang relatif sedikit dibandingkan negara-negara lain. Di lapangan, bisa jadi situasinya lebih mencemaskan.

So, kita tidak boleh lengah dan berpuas diri. Pemerintah wajib menggenjot 3T (testing, tracing, treatment) plus vaksinasi, tidak boleh kendur. Masyarakat juga wajib terus mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Jika pemerintah dan masyarakat menjalankan perannya secara murni dan konsekuen, maka kita boleh berharap pandemi bisa diakhiri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular