PDB 2021 Direvisi, Ekonomi RI Batal Meroket?

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
10 May 2021 06:25
Penjual baju muslim di Thamrin City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Penjual baju muslim di Thamrin City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia hingga kuartal I-2021 ini masih berada di jurang resesi. Sebab, perekonomian di kuartal awal tahun ini masih di zona negatif.

Dengan realisasi ini, maka perekonomian Indonesia telah terkontraksi selama empat kuartal berturut-turut. Meski demikian kontraksinya sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Meski demikian, Pemerintah tetap merevisi perekonomian Indonesia untuk keseluruhan tahun ini (full year) menjadi 4%-5%. Padahal perekonomian nasional di tahun ini diperkirakan tumbuh dikisaran 4,5-5,3%.

Apakah ini pertanda ekonomi Indonesia batal meroket di tahun ini?

Revisi pertumbuhan ekonomi ini disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) pekan lalu. Hal ini tak terlepas dari kondisi pandemi Covid-19 yang masih membayangi Indonesia.

"Kita memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 4%-5% dengan titik tengah 4,5%," jelasnya pekan lalu.

Adapun pembalikan ekonomi kembali ke zona positif diperkirakan baru akan terjadi di kuartal II tahun ini. Di mana pada kuartal II ini perekonomian diperkirakan bisa tumbuh hingga 5,3%.

Sementara itu pada kuartal III diperkirakan ekonomi tumbuh 6,7% dan kuartal IV sebesar 6,8%. "Kuartal I diperkirakan masih akan terkontraksi. baru kuartal II positif," ujar Suharso.

Sebelumnya, revisi PDB juga sudah disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya, salah satu faktor yang membuat Pemerintah menurunkan proyeksi ekonomi adalah penularan Covid-19 yang masih terus berlanjut di tahun ini.

Halaman 2>>>

Bank Indonesia (BI) juga merevisi pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2021 menjadi 4,1-5,1%. Perkiraan tersebut lebih rendah dari yang sebelumnya yaitu 4,3-5,3%.

"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual bulan lalu.

Menurut Perry, satu hal yang membuat pertumbuhan ekonomi lebih terbatas adalah konsumsi swasta. Memang masih ada pertumbuhan, tetapi lajunya lebih rendah ketimbang proyeksi sebelumnya.

Terbatasnya konsumsi, lanjut Perry, disebabkan oleh mobilitas masyarakat yang masih terbatas. Indonesia memang terus menggenjot pelaksanaan vaksinasi anti-virus corona, tetapi bukan berarti sudah tidak ada pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat.

"Ini tidak terlepas dari mobilitas masyarakat. Pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi. Kita lihat memang pada triwulan I dan II meskipun terjadi vaksinasi tentu ada pembatasan mobilitas manusia. Itu yang menybabkan tingkat kenaikan konsumsi tidak setinggi yang kami perkirakan," jelas Perry.

Sementara kontributor lain, demikian Perry, masih tumbuh. Ekspor dan konsumsi pemerintah diperkirakan mampu menopang ekspansi ekonomi.

"Proyeksi yang kami sampaikan atas perkiraan PDB (Produk Domestik Bruto) masih menunjukkan perbaikan ekonomi berlanjut. Ini didukung oleh kinerja ekspor yang lebih bagus, akselerasi kebijakan fiskal," tuturnya.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular