Corona India Rekor Lagi, Suara Lockdown Total Makin Kencang!

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
07 May 2021 20:30
In this photo provided by Prime Minister of India Narendra Modi's twitter handle, Indian Prime Minister Narendra Modi is administered a COVID-19 vaccine in New Delhi, India, Monday, March 1, 2021. India is expanding its COVID-19 vaccination drive beyond health care and front-line workers, offering the shots to older people and those with medical conditions that put them at risk. As of Monday, those eligible to be vaccinated include people over 60, as well as those over 45 who have ailments such as heart disease or diabetes that make them vulnerable to the coronavirus. (Prime Minister of India Narendra Modi's twitter handle via AP Photo)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - India kembali melaporkan rekor kenaikan infeksi Covid-19 harian tertinggi pada Jumat (7/5/2021). Negeri Bollywood itu kembali melaporkan 414.188 kasus dengan 3.915 kematian.

Dikutip Reuters, tambahan ini membuat India menerima kurang lebih 1,57 juta kasus dalam seminggu terakhir. Dengan angka itu, total akumulasi kasus infeksi di negara itu mencapai 21,49 juta dengan 234.083 kematian.

Hal ini sontak membuat tuntutan publik kepada Perdana Menteri (PM) Narendra Modi akan langkah-langkah penguncian total semakin berhembus kencang. Banyak ahli medis, pemimpin oposisi dan beberapa hakim Mahkamah Agung telah menyarankan penutupan yang tampaknya menjadi satu-satunya pilihan saat infeksi virus mengganas di seluruh negeri.

Randeep Guleria, seorang ahli kesehatan pemerintah, mengatakan penguncian yang lengkap dan agresif diperlukan di India seperti tahun lalu, terutama di daerah di mana lebih dari 10% dari mereka yang diuji telah terjangkit Covid-19.

Srinath Reddy, presiden Public Health Foundation of India, sebuah konsultan publik-swasta, mengakui bahwa negara bagian yang berbeda mengalami intensitas epidemi yang berbeda, tetapi mengatakan "strategi nasional yang terkoordinasi" masih sangat diperlukan.

"Seperti orkestra yang memainkan partitur yang sama tetapi dengan instrumen yang berbeda," ujarnya.

Anthony Fauci, kepala penasihat medis Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, juga menyarankan bahwa lockdown total di India mungkin diperlukan dalam jangka waktu dua hingga empat minggu untuk membantu meringankan lonjakan infeksi.

"Begitu kasus mulai turun, Anda dapat memvaksinasi lebih banyak orang dan berada di depan jalur penyebaran pandemi," kata Fauci dalam wawancara sebagaimana dikutip Arab News.

Tak hanya ahli kesehatan, miliuner India juga pernah mendesak agar Modi menerapkan lockdown sesegera mungkin. Salah satunya adalah Uday Kodak. Banker yang juga pemilik Kodak Mahindra Bank itu menyerukan peningkatan tindakan penguncian di India dan mendesak "langkah nasional terkuat, termasuk membatasi aktivitas ekonomi, untuk mengurangi penderitaan."

"Pada saat kritis ini ketika (jumlah) korban nyawa meningkat ... melindungi nyawa adalah prioritas utama dan langkah-langkah respons maksimal nasional pada tingkat tertinggi (harus) diminta untuk memutus jalur transmisi," kata Kodak.

Modi sendiri enggan memberlakukan kuncian nasional dengan alasan ia khawatir tentang dampak ekonomi. Tahun lalu pemerintahannya mengadakan lockdown ketat selama dua bulan yang membuat banyak warga kehilangan pekerjaan dan melarikan diri ke desa-desa.

Sementara itu selama sebulan terakhir, setidaknya 11 dari 8 negara bagian federal India telah mengumumkan pembatasan mobilitas. Namun pembatasan ini tidak seketat apa yang dilakukan Modi tahun lalu.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Belajar dari India! Warga Ogah Bermasker, Corona Gelombang II

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular