
THR Raksasa Tekstil Pan Brothers Dicicil, Pabrik Lain Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu pekan menjelang momen lebaran dan Idul Fitri, seharusnya para Pekerja sudah resmi mendapatkan haknya, yakni Tunjangan Hari Raya (THR). Namun, di sektor tekstil, utamanya terjadi di Pabrik PT Pan Brothers Tbk yang berlokasi di Boyolali Jawa Tengah, setelah Perusahaan mengumumkan bakal menyicil THR, buruh pun menolak kebijakan tersebut.
Apa yang dialami pekerja Pan Brothers menjadi potret bahwa sektor padat karya khususnya tekstil masih dalam kondisi yang tidak baik, meski sudah ada angin segar memasuki lebaran.
Namun tidak semua perusahaan menyanggupi untuk membayar THR secara penuh. Bukan hanya terjadi di sektor hilir seperti garmen baju, namun juga di hilir seperti bahan baku serat dan benang filament.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menyebut perusahaan akan semaksimal mungkin berusaha untuk membayar THR kepada karyawannya. Ia juga memastikan bahwa tidak ada pegawai dari anggota di pabriknya yang THR-nya terkena potongan.
"Ada juga yang dicicil, kalau dipotong nggak ada anggota kita. Kalau dicicil ada yang 3x dan maksimal 5x. Tapi dipotong nggak ada," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/6/21).
Proses cicil THR berlangsung selama sebulan sekali. Artinya, jika perusahaan memilih untuk menyicil sebanyak 5x, maka bakal berlangsung hingga 5 bulan ke depan. Namun, itu bergantung pada kemampuan perusahaan masing-masing. Jika perusahaan mampu, maka ada yang sudah menjalankan kewajibannya sejak saat ini.
"Kalau punya cadangan modal kerja, ada yang sudah bayar THR secara full," sebut Redma.
Sebagai industri yang tergolong ke dalam padat karya, persoalan gaji karyawan maupun saat ini THR menjadi fixed cost yang besar setiap bulannya. Namun, Redma mengatakan bahwa industri di hulu seperti bahan baku lebih sedikit menyerap tenaga kerja dibanding industri hilir tekstil seperti yang terjadi di Pan Brothers.
"Hulu nggak terlalu banyak (pekerjanya), cuma memang kita di atas UMR, garmen biasanya UMR. Kita biasanya spesialisasi jadi jauh di atas UMR, tekanan di besaran, Minimal kita 1,5x UMR, ada yang 2x. Kalau disana tekanan di banyak orang. Di hulu seperti kita, satu pabrik ya paling 1.000-an pekerja tapi kaya hilir bisa 40 ribu pekerja," jelas Redma.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Ribuan Karyawan Pan Brothers Ngamuk karena THR Dicicil