Terapkan SGDs, Perusahaan Otomotif Hemat Biaya Produksi 70%

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
03 May 2021 15:30
Sales marketing menawarkan produk mobil di Tunas Daihatsu Tebet, Jakarta, Selasa (16/6). Pandemi corona membuat angka penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan drastis. Penjualan mobil bulan lalu anjlok hingga 95 persen bila periode yang sama tahun 2019.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diperoleh detikOto dari PT Astra International Tbk, pada bulan kelima tahun 2020, industri otomotif hanya mampu mengirim 3.551 unit mobil baru. Angka ini merosot 95 % dibanding bulan Mei 2019, di mana saat itu mencapai 84.109 unit. Angka ini merupakan penjualan berupa wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer. Seperti diketahui, banyak pabrik otomotif di Indonesia yang berhenti produksi sementara di tengah pandemi COVID-19. Wajar jika distribusinya pada Mei 2020 anjlok drastis. Adapun mengatasi penurunan banyak pabrikan otomotif  menawarkan paket penjualan khusus demi mendongkrak penjualan. Rendi selaku supervisor di Tunas Daihatsu Tebet mengatakan
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Pelaksana SDGs Bappenas, Arifin Rudiyanto mengatakan industri otomotif yang mengganti sumber energinya dari fosil menjadi energi terbarukan bisa menghemat biaya produksi hingga 70%.

"Better for business and the world. Memberikan aturan tapi memberikan pengharagaan dan edukasi," ujarnya dalam webinar "SDGs dan Peluang Bisnis Ramah Lingkungan" yang diselenggarakan oleh CNBC Indonesia dan PT Astra Internasional Tbk di Jakarta, Senin (3/5/2021).

Menurutnya, pemerintah memang melakukan banyak kerjasama untuk menggalakkan Sustainable Development Goals (SDGs) ini. Salah satunya dengan industri otomotif.

Berikutnya, SDGs tersebut juga diterapkan di perusahaan yang sudah masuk pasar modal. Melalui Surat Edaran OJK, agar semua perusahaan tercatat di BEI menerbitkan laporan keberlanjutan.

"Memberikan penghargaan ke perusahaan yang concern SDGs dalam bentuk award," ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, pemerintah juga bekerjasama dengan perusahaan produsen mi instan. Latar belakangnya adalah, seiring banyaknya masyarakat yang terkena anemia.

"Banyak juga masyarakat yang makan mi instan. Kami bekerjasama dengan perusahaan mi instan untuk memasukkan zat-zat yang bisa mengurangi anemia ke dalam produk mi instan," katanya lagi.

Adapun terkait SDGs ini ada banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Diantaranya adalah harus punya data, dimana hal ini masih jadi masalah terkait berapa banyak jumlah penduduk miskin. Tantangan kedua adalah target SDGs know one left behind. Yang menurutnya, orang-orang ini harus mendapatkan hak-haknya.

"Koordinasi juga jadi tantangan, Kemudian integrasi SDGs dalam perencanaan pembangunan. Itu sudah melaksanakan SDGs. Aspek geografi. Ada 17 ribu pulau. semua yang ada di wilayah tersebut harus mendapat pelayanan dan aspek pendanaan cukup besar," pungkasnya.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pada 2030 RI Harus Sudah Bisa Atasi Kemiskinan & Kesenjangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular