
Begini Tantangan SDGs dan Peluang Bisnis Ramah Lingkungan

Jakarta, CNBC Indonesia - Media ekonomi terintegrasi dan terbesar di Indonesia, CNBC Indonesia didukung PT Astra International Tbk (ASII) menggelar webinar "SDGs dan Peluang Bisnis Ramah Lingkungan".
Salah satu pembicaranya adalah Tim Pelaksana SDGs Bappenas, Arifin Rudiyanto yang menyampaikan bagaimana Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.
"Ada 5P. People hingga partnership. Bagaimana menjaga planet agar memberikan manfaat. People, bagaimana masyarakat sejahtera. Partnership, itu semua dirumuskan menuju masyarakat adil dan makmur. Kita melaksanakan SDGs dengan tujuan bernegara," ujarnya di Jakarta, Senin (3/5/2021).
Terkait SDGs ini ada banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Diantaranya adalah harus punya data, dimana hal ini masih jadi masalah terkait berapa banyak jumlah penduduk miskin. Tantangan kedua adalah target SDGs know one left behind. Yang menurutnya, orang-orang ini harus mendapatkan hak-haknya.
"Koordinasi juga jadi tantangan, Kemudian integrasi SDGs dalam perencanaan pembangunan. Itu sudah melaksanaan SDGs. Aspek geografi. ada 17 ribu pulau. semua yang ada di wilayah tersebut harus mendapat pelayanan dan aspek pendanaan cukup besar," jelasnya.
Pembicara berikutnya adalah Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Sigit P. Kumala. Menurut dia, Indonesia memiliki pasar cukup luas dengan segmen berbeda. Hal ini jadi peluang UMKM untuk bisa memanfaatkan SDGs ini.
"Peluang bisa dioptimalkan oleh UMKM mendukung perkembangan bisnisnya, contoh UMKM binaan di Bogor. Tadinya memasarkan produk hanya sekitar lokasi UMKM. Saat pandemi justru bisa menembus pasar ASEAN," jelasnya.
Sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2018 sekaligus Duta SDGs Indonesia, Vania Herlambang juga angkat bicara. Menurut dia, literasi pemuda terkait SDGs ini harus mendapatkan banyak perhatian.
"Sebetulnya kata-kata keberlanjutan sudah cukup familiar terutama di perguruan tinggi, topik diskusi banyak mengikutkan topik ini. Sekarang ada SDGs center di 15 universitas di RI," katanya.
Sama seperti Arifin, Vania juga menyebut beberapa tantangan SDGs ini. Pertama, belum sampai ke seluruh lapisan pemuda. Ada yang tak punya privillage mengenyam pendidikan.
"Kedua mindset, banyak beranggapan, pemuda bukan stakeholder pembangunan. Mindset itu masih ada di kalangan masyarakat. Selanjutnya ada anggapan unik bahwa memilih jalur sustainable lebih mahal dibanding kehidupan sekarang," katanya lagi.
Terakhir, Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi juga berbicara mengenai SDGs dari sisi pasar modal. Saat ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) menurutnya telah memiliki dua indeks yang berwawasan ramah lingkungan.
"Bisa dijadikan pilihan. Ada pilihan, indeks IDX Srikehati, Indeks ESG leader. Ini bisa saling melengkapi sebagai alternatif investasi wawasan lingkungan," pungkasnya.
(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pada 2030 RI Harus Sudah Bisa Atasi Kemiskinan & Kesenjangan