
THR PNS Segera Cair, Bisakah Ekonomi RI Tumbuh 7%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu yang dinantikan saat momen Ramadan dan hari raya Idul Fitri adalah cairnya Tunjangan Hari Raya (THR). Dalam tradisi masyarakat Indonesia, THR biasanya digunakan untuk berbagai hal mulai dari berbelanja kebutuhan makanan, sandang, mudik, hingga 'salam tempel' dengan keluarga dan sahabat sehingga aktivitas ekonomi bergeliat.
Meskipun dalam keadaan masih pandemi, pemerintah memutuskan untuk mencairkan THR untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI dan POLRI. Anggaran yang dialokasikan untuk pegawai Kementerian dan Lembaga, ASN, TNI dan POLRI mencapai Rp 7 triliun berdasarkan DIPA.
Untuk ASN daerah dan P3K dialokasikan anggaran sebesar Rp 14,8 triliun dan untuk para pensiunan dialokasikan anggaran senilai Rp 9 triliun. Jika ditotal semua anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 30,8 triliun.
Selain THR untuk para pengabdi negara, pemerintah juga mewajibkan swasta untuk membayarkan THR secara penuh kepada karyawannya. Pemerintah juga sudah memberikan peringatan bagi oknum yang nakal dan menyeleweng dari instruksi pemerintah dan akan menindak tegas.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan jika pihak swasta juga membayarkan kewajibannya kepada karyawan berupa pencairan THR maka nilainya bisa mencapai Rp 150 triliun atau setara dengan 1% output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB).
Airlangga optimistis pada kuartal kedua pertumbuhan ekonomi Tanah Air bisa tembus 7% (yoy). Namun ada yang menarik dicermati dari proyeksi sang Menko.
PDB bisa terungkit 1% itu seharusnya jika 100% dana THR dibelanjakan oleh masyarakat. Ini tentu saja masih menggunakan kalkulasi yang sederhana mengingat total output perekonomian nasional itu nilainya kurang lebih juga berada di kisaran Rp 15 kuadriliun.
Namun sekali lagi seberapa banyak dari THR yang dibelanjakan juga sangat tergantung pada keputusan masyarakat sebagai konsumen sekaligus pelaku ekonomi. Jika porsi yang dibelanjakan besar maka syukurlah roda ekonomi bisa muter lebih kencang.
Namun kalau masyarakat lebih memilih untuk mengendapkan uangnya di tabungan atau deposito tentu saja sulit untuk mengungkit perekonomian. Apa yang membuat Airlangga begitu optimistis adalah data konsumsi masyarakat di bulan April.
Menurutnya pertumbuhan belanja masyarakat mencapai 32,48%. Tumbuh jauh lebih tinggi dari kondisi di bulan Februari 2021 yang masih di kisaran zona netral atau nol persen. Hal ini didukung dengan kebijakan tebar insentif pemerintah lewat diskon PPnBM untuk mobil dan relaksasi PPN di sektor properti.
Mandiri Institute dalam risetnya juga menyebutkan hal serupa dengan yang disampaikan oleh Airlangga. Indeks nilai belanja masyarakat Tanah Air cenderung terus meningkat di atas level pra-pandemi yang mengindikasikan pemulihan level belanja masyarakat sejak awal 2021 hingga saat ini.
![]() |
"Seperti pada 2020, momentum bulan Ramadan dan Lebaran dapat menjadi pendorong belanja masyarakat dalam beberapa waktu ke depan." tulis Mandiri Institute dalam kajian risetnya.
Semua komponen belanja masyarakat mulai dari ritel, restoran, kebutuhan rumah tangga, produk kesehatan dan fashion terus meningkat. Jika melihat hal ini maka optimisme ekonomi akan terdongkrak di kuartal kedua bukanlah hal yang berlebihan.
Halaman Selanjutnya --> Siasat Pemerintah Dongkrak Ekonomi Tanpa Mudik