Pak Jokowi, Ini Masih Covid Kok Ngebet Bangun Ibu Kota Baru?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
23 April 2021 05:30
Desaiin Garuda Istana Negara Ibu Kota Baru (Instagram/@Jokowi)
Foto: Desaiin Garuda Istana Negara Ibu Kota Baru (Instagram/@Jokowi)

Pemerintah diminta oleh sejumlah ekonom dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk bisa menyelesaikan terlebih dahulu pandemi Covid-19 dan menunda pemindahan ibu kota negara (IKN).

Ekonom Senior Emil Salim mengatakan pemindahan ibu kota negara diperkirakan tidak akan memberi hasil pemerataan dan penurunan ketimpangan ekonomi di tanah air. Karena, pembangunan ibu kota baru dimulai dari nol.

"Membangun ibu kota negara di tengah pulau belum ada jaminan meratakan pembangunan. Jadi, harus realistis," jelas Emil pada sebuah tayangan webinar, yang dikutip CNBC Indonesia, Rabu (21/4/2021).

Dana untuk pemindahan IKN yang diperkirakan mencapai Rp 466 triliun, menurut Emil akan lebih berdampak positif jika digunakan untuk penanganan pandemi Covid-19 dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian tidak berjalan sama seperti sebelumnya. Sebab upaya penanganan pandemi telah membuat pembatasan kegiatan manusia dan digitalisasi berkembang pesat.

Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang memadai sehingga kualitas SDM bisa berkembang. Pasalnya kualitas SDM Indonesia juga masih untuk industri 2.0 belum mencapai 4.0.

Bila pemerintah tidak bisa mengoptimalkan bonus demografi maka Indonesia akan sulit untuk mencapai target Indonesia Emas di tahun 2045.

"Untuk mengatasi pandemi dibutuhkan test, tracing, dan treatment, mohon pahami kondisi departemen kesehatan yang sedang kesulitan luar biasa."

"Perlu uang besar besaran dalam sektor pendidikan. Walaupun ada Covid perbaiki infrastruktur telekomunikasi, listrik dan infrastruktur lain. Kita menghadapi pukulan pendidikan pada saat yang strategis," kata Emil menegaskan.

Penolakan pemindahan IKN juga datang dari Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron.

Herman menjelaskan, belum ada pembicaraan yang jelas dan final antara pemerintah dan badan legislatif. Menurutnya, DPR sebenarnya juga masih melihat pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur terlalu jauh dan tidak rasional.

"Lebih mempertimbangkan logis atau tidak logis dan perlu atau tidak perlunya memindahkan ibu kota negara dengan berbagai pertimbangan. Memang pernah dibicarakan, tapi belum ada kelanjutannya," ujarnya.

Sementara itu, Pendiri Narasi Institute sekaligus Ekonom Senior, Fadhil Hasan khawatir terhadap peningkatan beban utang ke depan.

Pasalnya pemindahan ibu kota negara tetap membutuhkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Padahal, beban utang Indonesia saat ini sudah cukup besar dan terus meningkat.

"Diperkirakan (utang) akan berjumlah Rp10 ribu pada 2024, ini sudah cukup membebani perekonomian," tuturnya.

Di kala sumber daya terbatas dan negara dihadapkan pada penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi, membangun ibu kota baru sungguh bukan prioritas yang tepat dan langkah yang benar. Legacy yang ingin ditorehkan Jokowi akan berakhir sebagai misery bagi masyarakat.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular