
Sedih RI Terancam Impor Ayam, Ternyata Ini Biang Keroknya...

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia harus bersiap untuk menghadapi gempuran impor pangan. Salah satunya adalah daging ayam. Selama ini harga ayam domestik yang mahal dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa RI harus bersiap dengan impor ayam.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan ayam setiap tahunnya meningkat. Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Namun masalahnya kenaikan ongkos produksi membuat harga ayam domestik melambung tinggi bahkan bisa lebih mahal dari negara lain.
Di Malaysia contohnya, harga satu kilogram daging ayam dibanderol di Rp 25.000-48.000/kg. Sementara di Indonesia harga satu kilogram daging ayam berkisar di Rp 30.000-60.000/kg.
Harga ayam di Tanah Air kisarannya hanya lebih rendah dari Filipina dan Vietnam di mana kedua negara tersebut pola konsumsi masyarakatnya lebih condong ke daging babi. Bahkan lebih mirisnya lagi harga daging ayam di dalam negeri lebih murah 24% dibanding di Uni Eropa.
Harga daging ayam dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain juga terkonfirmasi oleh pernyataan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra.
Apa yang membuat harga daging ayam nasional jauh lebih tinggi dibanding negara lain adalah biaya produksi terutama pakan yang terus meningkat. Salah satu bahan baku untuk pakan adalah jagung.
Harga jagung yang terus melambung membuat biaya produksi meningkat. Belum lagi harga jagung di Indonesia bahkan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata harga jagung internasional. Inilah yang membuat Syailendra mengatakan bahwa industri ayam dalam negeri kalah saing dengan negara lain.
Umumnya harga daging-dagingan terutama ayam akan melonjak dua kali dalam setahun. Pertama saat Ramadan dan Idul Fitri, kedua pada penghujung tahun bertepatan dengan Hari Natal dan Tahun Baru.
Permasalahan permintaan yang meningkat dalam waktu singkat ditambah dengan tata niaga dan rantai pasok yang belum efisien membuat harga seringkali melambung tinggi dan menciptakan disparitas harga antara sentra produksi dengan destinasi terakhir konsumen.
Halaman Selanjutnya --> Kebijakan Impor Daging Ayam