Sedih RI Terancam Impor Ayam, Ternyata Ini Biang Keroknya...

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 April 2021 17:15
Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia harus bersiap untuk menghadapi gempuran impor pangan. Salah satunya adalah daging ayam. Selama ini harga ayam domestik yang mahal dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa RI harus bersiap dengan impor ayam. 

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan ayam setiap tahunnya meningkat. Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Namun masalahnya kenaikan ongkos produksi membuat harga ayam domestik melambung tinggi bahkan bisa lebih mahal dari negara lain. 

Di Malaysia contohnya, harga satu kilogram daging ayam dibanderol di Rp 25.000-48.000/kg. Sementara di Indonesia harga satu kilogram daging ayam berkisar di Rp 30.000-60.000/kg. 

Harga ayam di Tanah Air kisarannya hanya lebih rendah dari Filipina dan Vietnam di mana kedua negara tersebut pola konsumsi masyarakatnya lebih condong ke daging babi. Bahkan lebih mirisnya lagi harga daging ayam di dalam negeri lebih murah 24% dibanding di Uni Eropa. 

Harga daging ayam dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain juga terkonfirmasi oleh pernyataan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra. 

Apa yang membuat harga daging ayam nasional jauh lebih tinggi dibanding negara lain adalah biaya produksi terutama pakan yang terus meningkat. Salah satu bahan baku untuk pakan adalah jagung. 

Harga jagung yang terus melambung membuat biaya produksi meningkat. Belum lagi harga jagung di Indonesia bahkan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata harga jagung internasional. Inilah yang membuat Syailendra mengatakan bahwa industri ayam dalam negeri kalah saing dengan negara lain. 

Umumnya harga daging-dagingan terutama ayam akan melonjak dua kali dalam setahun. Pertama saat Ramadan dan Idul Fitri, kedua pada penghujung tahun bertepatan dengan Hari Natal dan Tahun Baru.

Permasalahan permintaan yang meningkat dalam waktu singkat ditambah dengan tata niaga dan rantai pasok yang belum efisien membuat harga seringkali melambung tinggi dan menciptakan disparitas harga antara sentra produksi dengan destinasi terakhir konsumen. 

Halaman Selanjutnya --> Kebijakan Impor Daging Ayam

Persoalan harga pakan dan DOC atau anakan ayam di dalam negeri mahal. Harga pakan mahal disebabkan harga bahan bakunya, yaitu jagung, yang juga mahal.

"Persoalan sekarang, pakan itu kenaikannya sudah cukup tinggi. Bahkan menurut hitungan kami dalam berapa bulan terakhir naik hampir 30%," kata Syailendra dalam diskusi online bertajuk 'Harga Jagung Melambung', yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, seperti dikutip Rabu (21/4/2021).

Dia mengatakan, harga pangan berkontribusi 45-50% dari harga ayam broiler. Dia mengatakan, selama ini Indonesia masih menahan masuknya ayam impor.

Selama ini impor lebih digunakan untuk mendatangkan indukan atau Grand Parents Stock (GPS) yang volumenya cenderung berfluktuasi karena sangat tergantung perhitungan pemerintah. Sejak 2017, impor unggas cenderung berada di bawah 1.000 ton. Pihak swasta tidak diperbolehkan untuk mengimpor sendiri. 

"Kita tidak tahu apakah akan mengulur dari setahun atau setahun setengah. Tapi daging ayam murah akan masuk. Kalau kita tidak mempersiapkan diri di dalam negeri, dengan DOC tinggi dan pakan tidak bersaing," jelasnya.

"Kita harus meningkatkan melakukan efisiensi produktivitas kita untuk bisa bagaimana harga pakan dan DOC murah, sebelum yang dari luar menyerbu kita," katanya.

Ada juga rekomendasi untuk membuka keran impor jagung sebagai pakan dari ayam. Selama ini rasio ketergantungan impor jagung di Indonesia terbilang masih rendah di bawah 5%. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular