Pengusaha Menjerit, Segala Upaya Dilakukan Mal Tetap Sepi

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
21 April 2021 16:43
Ilustrasi Mal Blok M yang sepi pengunjung. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Mal Blok M yang sepi pengunjung. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha mal sudah kehabisan akal untuk bertahan di masa pandemi. Efisiensi atau pemangkasan berbagai lini operasi dilakukan untuk menyambung nafas lebih lama supaya layanan tetap bisa diberikan.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja, mengatakan dari tahun lalu memang tidak ada jalan lain untuk pusat belanja melakukan efisiensi. Dia tidak menapik efisiensi yang dilakukan sudah masuk ke berbagai lini operasi mal.

"Efisiensi sudah dilakukan satu tahun lebih tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Penghematan maksimal juga sebesar 30% , kondisi ini menyulitkan, daya beli juga masih lesu," katanya kepada CNBC Indonesia, Squawk Box, Rabu (21/4/2021).

Belum lagi pusat belanja juga harus memberikan keringanan kepada penyewa tenan, yang menyebabkan pendapatan menipis. Melihat penyewa tenan juga kewalahan untuk membayar uang sewa karena turunya omzet.

"Karena haru dibantu dari sewa maupun service charge, kondisi ini akan berlangsung hingga akhir tahun nanti," jelasnya.

Alphonzus menjelaskan efisensi itu ada batasanya. Tidak semua pos pengeluaran bisa dipangkas seperti karyawan tidak bisa dikurangkan karena masih harus melakukan pelayanan, lalu gaji juga belum tentu semua dikurangi.

"Akhirnya pusat belanja melakukan prioritas yang tidak bisa ditawar, seperti aspek safety dan hygine. Dua prioritas ini harus dilaksanakan, yang lain bisa ditunda," kata Alphonzus.

"Walaupun ada juga pusat belanja yang punya dana cadangan banyak jadi bisa melakukan pekerjaan normal, tapi yang menipis harus melakukan efisiensi," jelasnya

Hal ini pula yang menyebabkan banyak mal yang terlihat kusam. Menurut Alphonzus aspek keindahan itu bukan prioritas, dan hal ini masuk dalam aspek yang ditunda oleh pengelola mal.

"Banyak pengelola yang menunda pekerjaan tersebut, keindahan dan pengembangan ditunda karena harus priortias ke safety dan hygine, makanya mal terlihat kusam. Mungkin yang harusnya di cat 1 - 2 tahun sekali kini jadi ditunda," katanya.

Alphonzus menjelaskantingkat kunjungan mal juga masih dibawah 50%, walaupun lebih baik dibanding awal 2020 yang hanya 20%. Imbas dari pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat melalui PPKM Mikro.

Secara garis besar sepanjang tahun masih diprediksi masih berat, akibat dari vaksinasi masyarakat yang baru dimulai pada kuartal 3 atau 4 nanti karena ada penundaan pengiriman. "Ini semua tergantung dari tingkat vaksinasi masyarakat umum, kalau tidak belum akan normal," katanya.

Walaupun pada momen lebaran ini diprediksi bisa naik 30%-40% tingkat kunjungan mal atau dua kali lipat dari lebaran tahun lalu. Karena adanya larangan mudik sehingga masyarakat perkotaan mengisi hari libur dengan mengunjungi mal.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Ada Lagi Mal Baru di Jakarta, Kota Ini Malah Tambah Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular