Utang Nambah, Indonesia Bangkrut? Jangan Underestimate NKRI!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
21 April 2021 04:50
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia, berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), per akhir Februari 2021 mencapai US$ 422,6 miliar. Tingginya ULN RI itu membuat kekhawatiran masyarakat Indonesia, pemerintah akan mengalami kebangkrutan. Simak dulu faktanya.

Dari data Kementerian Keuangan yang dijabarkan oleh Staf Khusus Menkeu Yustinus Prastowo utang Pemerintah hingga akhir Februari 2021, setara dengan Rp 6.361,02 triliun.

Kekhawatiran masyarakat jika pemerintah akan mengalami kebangkrutan, rasanya harus diredam, karena ada beberapa indikator yang membuat utang Indonesia masih aman.

Saat ini, tingkat rasio utang RI menurut Prastowo adalah 41% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya meski rasio utang pemerintah terhadap PDB meningkat pesat, tetapi masih cukup jauh di bawah batas yang ditetapkan dalam UU Keuangan Negara yaitu 60%.

Dibandingkan negara-negara ASEAN-5, rasio utang Indonesia pun lebih rendah. Per kuartal IV-2020, rasio utang terhadap PDB di Singapura mencapai 150,23%, Malaysia 62,15%, Thailand 44,93%, dan Filipina 54,6%.

"Proporsi utang terhadap PDB masih dalam batas aman," jelas Prastowo dalam cuitanny dikutip CNBC Indonesia, Rabu (21/4/2021).

Konseps utang secara sederhana adalah menarik penghasilan yang diproyeksikan di masa depan untuk dibelanjakan sekarang agar ekonominya tumbuh lebih cepat. Sama saja seperti orang utang ke bank untuk membeli rumah.

Pemerintah juga menerapkan hal yang sama. Ada potensi ekonomi yang lebih besar di masa depan, salah satu indikatornya adalah bonus demografi. Namun potensi itu ada massa tenggatnya. Sehingga harus digenjot lebih awal agar targetnya tercapai.

Sayangnya pemerintah tidak punya banyak uang untuk menggenjot itu, penerimaan pajak saja masih seret. Maka dibutuhkan utang.

Pun, sebagian besar utang pemerintah sebagian besar dalam mata uang rupiah. Ini membuat risiko kurs menjadi minimal. Meski rupiah melemah, nominal utang pemerintah tetap terjaga.

Tercermin, utang pemerintah (terutama dalam bentuk obligasi) didominasi oleh investor dalam negeri. Per 16 April 2021, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah 22,65%. Pada puncaknya, porsi kepemilikan asing pernah hampir menyentuh 40%.

Indikator ini menjadi penting karena investor asing sangat sensitif terhadap sentimen eksternal. Ketika sedang terjadi guncangan di pasar keuangan global, biasanya investor asing menjual 'barang' (termasuk SBN) dan mencari perlindungan di aset-aset yang dirasa lebih aman.

Kini peranan investor asing sudah lebih terbatas. Artinya stabilitas pasar SBN semestinya lebih terjaga.

Oleh karena itu, kekhawatiran bahwa Indonesia terancam bangkrut itu berlebihan. Setidaknya sampai saat ini, posisi utang pemerintah masih kondusif, aman, dan terkendali.

Halaman Selanjutnya >> Pemerintah Selalu Bayar Utangnya Kok..

Prastowo kemudian lebih lanjut menjelaskan, pemerintah akan lebih banyak melunasi cicilan pokok utang dibandingkan bunga utangnya. Dengan pelunasan cicilan pokok utang yang lebih besar maka diharapkan akan menurunkan utang beserta bunganya.

Tak hanya itu, Pemerintah juga dinilai bisa menjaga defisit anggaran lebih terkendali di tahun lalu meski ada pandemi Covid-19.

"Tahun 2020, defisit anggaran mampu dikendalikan di 6,09%. Lebih kecil dari target dalam Perpres 72/2020 (6,34%)," paparnya.

Pertanyaannya, apakah bisa sebuah negara bangkrut?

Kebangkrutan bisa terjadi kalau penggunaan dana dari utang tersebut tidak tepat, apalagi dikorupsi. Tapi kalau digunakan untuk membangun sumber daya manusia hingga infrastruktur, tentu menjadi manfaat besar di masa depan.

Hal ini yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Setiap bulan secara transparan pemerintah menyampaikan dalam APBN kita, mengenai penggunaan kas negara, termasuk yang dari utang.

"Keuangan Negara kan tiap bulan disampaikan Menkeu dalam APBN Kita. Itu kondisi real-nya," ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara kepada CNBC Indonesia.

Sebagai gambaran, Bank Indonesia melaporkan posisi ULN pemerintah pada Februari sebesar US$ 209,2 miliar. Lebih rendah dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya yaitu US$ 210,8 miliar.

Sementara ULN swasta tetap didominasi oleh ULN jangka panjang. Pertumbuhan ULN swasta tercatat 3,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 2,5% (yoy).

BI menilai posisi utang RI ini sehat, karena ditopang oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan, baik oleh pemerintah, BUMN maupun swasta.

Ukurannya terlihat dalam rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 39,7%. Rasio yang relatif stabil. Bulan sebelumnya rasio ULN sebesar 39,6%.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular