Gak Cuma China, RI Bakal Gaet Eropa-AS di Proyek Smelter

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
16 April 2021 12:15
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Demi meningkatkan pembangunan smelter di Tanah Air, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun ini akan menjajakan sejumlah proyek smelter ke investor asing di beberapa negara, termasuk Eropa hingga Amerika Serikat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto.

Dia mengatakan, ini merupakan bagian dari tiga upaya yang dilakukan pemerintah demi mewujudkan pembangunan smelter.

Upaya pertama, menurutnya yaitu mempertemukan langsung (one on one meeting) antara perusahaan smelter dengan PT PLN (Persero) sebagai penyedia kelistrikan.

Lalu, terkait pendanaan dilakukan penyusunan info memo perusahaan smelter untuk ditawarkan kepada para calon investor dan calon pendana.

"Guna mewujudkan pembangunan smelter yang dilakukan pertama biasanya kami one on one meeting dengan yang punya pemrakarsa smelter dengan penyedia energi," ungkapnya dalam 'Investment Opportunities on Nickel Projects', kemarin, Kamis (15/04/2021).

Upaya kedua yakni melakukan kerja sama dengan MKU Services LLC di Houston, Amerika Serikat, dalam rangka promosi ke pasar (market sounding) untuk mencari investor.

Selain itu, juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengusulkan smelter menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga kendala dari sisi administrasi bisa lebih cepat dirampungkan.

"Sudah kerja sama dengan MKU Services LLC di Houston untuk market sounding cari investor beberapa smelter. Tidak hanya nikel, semuanya bisa kita carikan dana untuk danai smelter ini," tuturnya.

Ketiga, pada tahun ini pihaknya juga akan melakukan market sounding ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Asia dan lainnya, termasuk akan mengikuti forum bisnis atau event internasional dalam rangka promosi proyek pembangunan fasilitas pemurnian mineral.

"Tahun ini akan melakukan market sounding ke Amerika Serikat, Eropa, Asia, Jepang dan sebagainya. Sedang disusun dan diharapkan semester dua sudah jalan ke berbagai forum-forum yang ada, pasarkan smelter kita," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan diterbitkannya Permen ESDM No.17 tahun 2020 perusahaan smelter bisa melakukan perubahan kurva S rencana pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian hingga tahun 2023.

"Diharapkan tahun 2023 selesai, namun karena ada pandemi Covid-19 ada di tahun-tahun ini belum capai target Kurva S bisa di-adjust tapi diharapkan tahun 2023 tetap bisa selesai," ujarnya.

Sampai dengan 2023 ditargetkan akan ada 53 smelter yang beroperasi. Hingga akhir 2020, smelter yang sudah beroperasi baru sebanyak 19 smelter. Sementara tahun ini diharapkan akan bertambah menjadi 23 smelter.

"Smelter nikel, ada 13, rencana ke depan 17 (tambahan), di akhir tahun 2023 akan ada 30 smelter nikel yang ada Indonesia. Seberapa besar investasi semua smelter ini, ada US$ 21 miliar," tuturya.

Khusus untuk nikel, menurutnya investasinya sebesar US$ 8 miliar di mana dari 30 smelter tersebut akan menyerap 77,59 juta ton nikel per tahunnya. Total kapasitas produksinya sebesar 5,87 juta ton per tahun.

Sementara itu, target smelter yang akan operasi tahun ini ada tiga smelter, di antaranya milik PT Aneka Tambang Tbk, PT Smelter Nikel Indonesia, dan PT Cahaya Modern Metal Industri.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 12 Proyek Smelter Bisa Mangkrak, Kekurangan Modal Rp 64 T!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular