RI Naikkan Produksi Batu Bara, Simak Untung - Buntungnya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 April 2021 16:15
Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sebenarnya walau harga batu bara terangkat naik dan RI berencana untuk menaikkan produksi, permintaan global cenderung drop. Laporan IEA memperkirakan permintaan global tahun ini akan membaik, tetapi masih lebih rendah dari level 2019. 

Negara-negara barat terutama AS dan Eropa secara tegas terus menggencarkan aksinya untuk beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. 

Di bawah kepemimpinan Joe Biden, AS punya rencana ambisius untuk mendekarbonisasi ekonominya pada 2035. Ambisinya itu terlihat dari kembalinya AS ke Perjanjian Paris 2015, mengusulkan anggaran US$ 2 triliun untuk pembangunan infrastruktur yang fokus pada pemanfaatan energi ramah lingkungan. 

Bank-bank raksasa Jepang seperti Mizuho juga didesak oleh investornya untuk mengurangi bahkan menyetop penyaluran kredit untuk pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara. 

China dan India yang juga konsumen batu bara terbesar di dunia pun bakal beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan. Dalam jangka menengah dan panjang, tren permintaan dan harga batu bara akan terus menurun. 

Sekilas memang kebijakan untuk menaikkan produksi batu bara oleh pemerintah berbanding terbalik dengan tren global. Kebijakan ini cenderung bersifat jangka pendek.

Meski Indonesia juga terus menggenjot penggunaan energi alternatif lain seperti angin, tenaga surya, air hingga panas bumi dan melakukan hilirisasi batu bara, tetapi pangsanya masih sangat rendah dan jauh dari target yang ditetapkan dalam bauran energi di 2025.

Bahkan, capaiannya masih di bawah setengah dari target setelah bertahun-tahun diupayakan. Batu bara masih menjadi salah satu komoditas energi yang paling murah. Maklum, sumber dayanya melimpah di Tanah Air dengan cadangan mencapai 37 miliar ton dan berkontribusi terhadap 2,2% cadangan batu bara dunia.

Hanya saja peningkatan produksi yang ugal-ugalan tentunya harus diwaspadai karena selain bersifat destruktif terhadap keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, juga bisa menjadi pengganjal rencana RI untuk menyongsong energi yang lebih bersih. 

Sebenarnya ketika permintaan di pasar benar-benar menurun dan harga drop seperti tahun 2015 dan 2020, produksi batu bara RI akan ikut menyesuaikan. Titik ekuilibrium akan kembali dicapai. 

Namun balik lagi soal peningkatan produksi batu bara, tidak hanya menyoal cuan tetapi juga rencana, impian serta keberlanjutan dari ekonomi jangka panjang itu sendiri. Sudah saatnya RI beralih dari mode ekonomi destruktif ke arah yang konstruktif. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular