Penerbangan Masih 'Berdarah-Darah', Yakin Ekonomi RI Bisa 7%?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
15 April 2021 14:25
Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai penerbangan di pelataran pesawat Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (4/1/2018)
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri penerbangan salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid - 19. Jumlah penumpang mengalami penurunan drastis pada 2020 dan sialnya belum membaik hingga saat ini. Tinggi rendahnya pergerakan orang menjadi penentu geliat ekonomi pada awal 2021 ini.

Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Denon Prawiraatmadja, mengatakan pandemi mulai terjadi sejak Maret 2020 lalu, sekitar terjadi penurunan 70% jumlah penerbangan domestik maupun international. Sementara untuk penerbangan logistik kargo turun 65% dari 1,1 juta ton menjadi 429 ribu ton.

"Hilangnya 60 juta penumpang di 2020 ini terdampak signifikan juga ke pertumbuhan ekonomi yang minus di 2020, harapannya di Q2-2021 ini bisa tumbuh 7%," kata Denon dalam webinar, Kamis (15/4/2021).

Ini sejalan dengan target presiden Joko Widodo menginginkan ekonomi tumbuh 7% pada kuartal Q2-2021. Namun, yang masih menjadi tantangan adalah isu kesehatan dimana membuat mobilitas masyarakat tertahan.

Sektor penerbangan belum diberi stimulus lagi, terakhir pada 2020 mendapat subsidi penumpang, yang berhasil memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun, sampai sekarang subsidi itu belum dilanjutkan oleh pemerintah.

Selain itu, vaksinasi juga dianggap sebagai game changer untuk memulihkan ekonomi Indonesia. Harapannya target vaksinasi pemerintah 182 juta penduduk pada 1 - 2 tahun ked epan yang memakan biaya Rp 73 triliun. Dimana skenario optimistis penebangan domestik bisa mulai rebound di 2022 mendatang.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, mengatakan penyelenggaraan vaksin tengah dilakukan. Walaupun secara garis besar jajarannya telah menyiapkan strategi langkah antisipasi kebiasaan baru di sektor transportasi.

"Selain vaksinasi tetap harus dilakukan, penyemprotan disinfektan ke seluruh jasa transportasi. Saya juga berharap kerja sama dengan operator penerbangan dapat optimal salah satunya memaksimalkan slot time penerbangan, dan mengaktifkan rute domestik yang tidak sempat beroperasi sementara, sehingga penerbangan bisa pulih," jelas Budi.

Tim Riset INACA White Paper Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti mengatakan vaksinasi merupakan game changer. Dalam skenario optimistis tapi dalam adaptasi kenormalan baru tetap masih dibutuhkan protokol kesehatan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.

"Skenario paling optimis, industri penerbangan domestik bisa rebound pada 2022 mendatang, jika vaksinasi lama kemungkinan baru tercapai di 2025," kata Yayan.

Sementara untuk penerbangan internasional pada skenario optimistis baru terjadi pada 2026 mendatang. Dimana dimulai dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Eropa, juga Amerika Serikat.

"Proyeksi rebound pada skenario moderat terjadi pada 2026 mendatang, dimana perhitunganya untuk menyamai kurang lebih 36,59 juta penumpang sama dengan 2019 lalu. itu baru terjadi di 2026. Sehingga proyeksi optimis ada pada 2025 dan moderat di 2026," kata Yayan.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Business and Economic Report

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular