
Isu Gantikan Nadiem, Abdul Mu'ti: Saya Tak Mau Berandai-andai

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti kembali muncul di bursa calon menteri di tengah kabar adanya perombakan alias reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam waktu dekat ini.
Namun yang berbeda, Mu'ti tidak muncul di bursa calon wakil menteri (wamen), melainkan alumnus Flinders University, Australia ini masuk sebagai calon menteri pengganti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Sejumlah kalangan menilai Mu'ti tepat mengisi pos bidang pendidikan di tengah isu reshuffle kabinet. Lantas bagaimana Abdul Mu'ti?
"Saya malah tidak tahu. Hanya baca di media saja," kata alumnus IAIN Walisongo Semarang ini dilansir detikcom, Kamis (15/4/2021).
Meski dinilai merupakan sosok tepat untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Namun, Abdul Mu'ti tak mau berandai-andai. Sebab penunjukan menteri merupakan hak Presiden.
"Menteri itu hak prerogatif Pak Presiden. Saya tidak mau berandai-andai," imbuhnya.
Sebelumnya Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, menilai Abdul Mu'ti merupakan sosok tepat untuk memperbaiki sektor pendidikan nasional
"Kalau ada reshuffle Mas Mu'ti layak untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia," kata Sunanto, Rabu (14/4/2021).
Sunanto lantas bicara sosok Abdul Mu'ti sebagai pendidik. Abdul Mu'ti dinilai tak akan melupakan sejarah dalam membangun pendidikan Indonesia.
"Mas Mu'ti sosok pendidik dan paham akan akar pendidikan bangsa, maka tidak akan ahistoris dalam membangun pendidikan Indonesia, bahkan akan berkemajuan dalam membangun pendidikan Indonesia," tutur Sunanto.
Isu reshuffle mengemuka seiring dengan rencana peleburan Kemenristek ke Kemendikbud dan pembentukan Kementerian Investasi.
Di sisi lain, muncul juga dorongan evaluasi menteri lain. Salah satu menteri yang dinilai layak diganti adalah Nadiem Makarim.
Banyaknya kontroversi membuat banyak pihak mendorong Nadiem dievaluasi. Salah satunya adalah Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno. Ia menilai, selama pandemi Covid-19 ini, Nadiem tak menunjukkan performanya.
Pendapat lain dilontarkan pakar pendidikan yang juga mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Fasli Jalal.
"Memang Nadiem siap terima risiko dan dia akan jalan terus (meski banyak kritik). Cuma risikonya pada guncangan politik dan pendidikan menurut saya perlu tertata semua. Jadi saya pikir di persimpangan jalan Nadiem ini," katanya kepada wartawan, Rabu (14/4/2021).
Namun, meski kerap mengkritik kebijakan Mendikbud yang kadang kontroversial, Fasli Jalal memandang Nadiem masih perlu diberi waktu.
"Kita beri kesempatan dia untuk bekerja lebih keras. Mudah-mudahan Nadiem makin berpengalaman, dia kan orang baru, nggak mungkin orang baru langsung sukses. Mungkin cari wakil menteri senior yang orang dekat Presiden tapi juga dihargai di bidang pendidikan. Kalau kombinasi ini, saya kira lebih baik," sarannya.
Bicara soal wakil menteri, sebetulnya Presiden Jokowi pernah hampir mengangkat seorang wakil Mendikbud. Namun tawaran yang dialamatkan ke Mu'ti ditolak. Melalui akun media sosialnya, Abdul Mu'ti mengungkap alasan menolak tawaran pada pengujung 2020 itu.
"Awalnya, ketika dihubungi oleh Pak Mensesneg dan Mas Mendikbud, saya menyatakan bersedia bergabung jika diberi amanah."
"Tetapi, setelah mengukur kemampuan diri, saya berubah pikiran. Semoga ini adalah pilihan yang terbaik. Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dalam jabatan wakil menteri. Saya merasa tidak akan mampu mengemban amanah yang sangat berat itu. Saya bukanlah figur yang tepat untuk amanah tersebut," kata Mu'ti lewat akun Twitter @Abe_Mukti, Rabu (23/12/2020) lalu.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Abdul Mu'ti Tolak Jabatan Wakil Mendikbud Jokowi, Kenapa?
