
2 Raksasa Damai, AS-Korsel 'Duet Maut' Baterai Mobil Listrik

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) telah menginjakkan babak baru dalam kerjasama baterai mobil listrik. Kali ini, kedua pihak bersepakat untuk membangun rantai pasokan green energy yang lebih kuat.
Ini seiring dengan terciptanya perdamaian dari kisruh dua perusahaan Korsel, LG Energy Solution dan SK Innovation. Sebelumnya konflikĀ baterai listrik berdampak pada sejumlah ancaman ke investasi di AS.
Dikutip CNBC International, kemitraan kedua negara diumumkan langsung oleh Presiden Joe Biden. Ia mengatakan sangat mengapresiasi hal itu dan berharap kerjasama ini akan terus berlangsung.
"Kami membutuhkan rantai pasokan baterai kendaraan listrik berbasis di AS yang kuat, beragam, dan tangguh, sehingga kami dapat memasok permintaan global yang terus meningkat untuk kendaraan dan komponen ini," ucap Biden dalam sebuah pernyataan, Minggu (11/4/2021).
Kesepakatan ini terjadi setelah LG Energy Solution dan SK Innovation setuju untuk membatalkan litigasi di AS dan Korsel. Serta tidak mengajukan tuntutan hukum lebih lanjut selama satu dekade.
SK Innovation juga akan membayar LG Energy Solution US$ 1,8 miliar (Rp 26 triliun) dalam bentuk tunai dan royalti. Kedua pihak juga sepakat untuk menjalankan dua pabrik di Georgia untuk memproduksi baterai lithium ion untuk Ford dan Volkswagen.
Kesepakatan itu terjadi sebelum batas waktu yang ditetapkan Biden pada Minggu malam. Batas tersebut diberikan Biden untuk kedua perusahaan menyelesaikan persoalannya bila tidak AS akan membatalkan perjanjian yang dibuat.
Sebelumnya Komisi Perdagangan Internasional AS (USITC) memutuskan pada Februari bahwa SK Innovation telah "mencuri" rahasia dagang yang terkait dengan baterai EV. Ini merupakan buntut dari tuduhan LG.
USITC memerintahkan pemerintah untuk memblokir perusahaan tersebut dari mengimpor pasokan untuk membuat baterai. Akibat dari keputusan itu SK Innovation mengancam akan meninggalkan pabrik senilai US$ 2,6 miliar (Rp 38 triliun) di Georgia yang sedang dibangun, kecuali keputusan ITC dibatalkan.
Padahal pabrik dapat mempekerjakan 2.600 pekerja. Bila hal itu terjadi, ribuan pekerjaan di Georgia akan hilang. Selain itu hal ini dapat mengancam pasar kendaraan listrik negara tersebut, yang mencakup sekitar 2% dari penjualan mobil baru.
Penyelesaian ini merupakan kemenangan besar bagi pemerintah AS, yang baru-baru ini meluncurkan rencana infrastruktur besar-besaran yang mencakup pengeluaran sebesar US$ 174 miliar atau setara Rp 2.500 triliun. Ini untuk meningkatkan pasar kendaraan listrik, guna beralih dari mobil energi fosil ke ramah lingkungan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS-Korea Selatan Mau Latihan Militer Besar-besaran, Ada Apa?
