
Ramalan Pemerintah Soal Ekonomi Tumbuh 8% Tak Realistis

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dianggap terlalu berangan-angan ekonomi tumbuh 8% pada kuartal II-2021. Hal ini dikarenakan pembatasan aktivitas di masyarakat masih terus berlangsung.
"Tidak realistis. Sangat tidak realistis," ungkap Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/4/2021)
Sebelumnya, Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Hidayat Amir mengatakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 7-8% sejalan dengan akselerasi perbaikan yang semakin terlihat pada kuartal II mendatang.
Menurut Piter, akselerasi bisa terjadi kalau mobilitas masyarakat sudah normal meskipun ada stimulus oleh pemerintah. Bila tidak maka ekonomi akan bergerak lambat untuk pulih.
"Stimulus tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh pandemi. Ketika aktivitas sosial ekonomi masyarakat masih dibatasi akibat pandemi maka konsumsi dan investasi masih akan tertahan sehingga pertumbuhan ekonomi dipastikan tidak terjadi. Kalau pun ada masih akan sangat rendah," paparnya.
Hal lain yang turut menahan laju pemulihan ekonomi adalah larangan mudik. Diakui Piter kebijakan tersebut bagus untuk menahan laku penyebaran kasus covid, namun imbasnya jelas terasa ke perekonomian.
Piter memperkirakan ekonomi dari April hingga Juni hanya di kisaran 0,5-1,5%.
"Mudik dilarang bahkan moda transportasi selama periode mudik ditiadakan. Artinya aktivitas sosial Masyarakat benar2 dibatasi. Bagaimana mungkin terjadi pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen," kata Piter.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article APBN Jadi Alasan Ekonomi RI Tak Melorot Terlalu Dalam!