
Lawan Impor, DPR Punya Data Beras yang Bisa Bikin Melongo!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana mengimpor beras meski menuai pro dan kontra. Presiden Jokowi buru-buru mengklarfikasi bahwa tak ada impor beras sampai Juni 2021.
Kalangan DPR menegaskan tak mendukung rencana impor beras karena produksi beras lokal Indonesia masih surplus jika dibandingkan kebutuhan saat ini. Sehingga impor beras dinilai tidak lagi diperlukan.
Hal ini diungkapkan Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Sarana dan Prasarana Kementerian Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dirut PT Pupuk Indonesia, Ketua HIMBARA, juga Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Senin (5/4/2021).
Sudin bilang produksi gabah kering mencapai 55,2 juta ton di 2020, atau setara dengan produksi 31 juta ton beras.
"55,2 juta ton gabah kering giling, Ekuivalen 31 juta ton beras. Kebutuhan konsumsi 29 juta ton, berarti masih ada surplus 2 juta ton. Ini kata pejabat kementerian perlu diingat, jadi tidak impor pun kita masih punya surplus 2 juta ton," jelas Sudin.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memastikan tidak ada impor beras minimal sampai Juni 2021 mendatang. Tapi pemerintah juga telah mengambil ancang-ancang jika memang diperlukan impor. Melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Thailand dan Vietnam terkait pengadaan beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) turun sepanjang bulan Maret 2021. Seiring dengan masa puncak musim panen raya.
Harga GKP di tingkat petani pada Maret 2021 tercatat sebesar Rp 4.385 per kilogram (kg) atau turun 7,85% dari bulan sebelumnya. Kemudian GKG turun 1,99% menjadi Rp 5.214 per kg.
Harga beras kualitas premium di penggilingan tercatat sebesar Rp 9.607 per kg atau turun 1,69% dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 4,72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Harga beras kualitas medium sebesar Rp 9.154 per kg, angka ini mengalami penurunan 2,48% dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 6,85% dibandingkan Maret tahun 2020.
Sudin juga menilai produksi jagung dinilai masih surplus, membuat harga jual jagung di petani kian menurun. Produksi jagung pada 2020 mencapai 24,2 juta ton. kebutuhan industri 9 juta ton jenis jagung kering pipil, seperti yang dijawab oleh Dirjen PSP Kementerian Pertanian Sarwo Edhy.
"Harga jagung di lapangan Rp 5.000 ke bawah karena produktivitas turun," jelas Sudin.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Impor 1 Juta Ton Beras Belum Terealisasi, Ini Sebabnya