
Pangeran Yordania Jadi 'Tahanan Rumah', Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota kerajaan Yordania Hassan bin Zaid dan mantan kepala istana, Basem Awadallah ditangkap pada hari Sabtu, (03/04/2021), karena alasan keamanan. Selain itu mantan putra mahkota Yordania, Hamzah bin Hussein, diminta militer tidak keluar rumah dan tidak berkomunikasi dengan orang lain.
Kabar ini disampaikan oleh Kantor berita Yordania, Petra.
Mengutip CNN Internasional, Petra tidak memberikan rincian soal penangkapan ini karena sedang dilakukan penyidikan.
Zaid merupakan sepupu jauh Raja Abdullah II. Saudaranya adalah Ali bin Zaid, seorang perwira intelijen yang tewas bersama dengan tujuh agen CIA pada tahun 2010 dalam pemboman bunuh diri di Khost, Afghanistan.
Mantan Putra Mahkota Hamzah bin Hussein sendiri merupakan saudara tiri Raja Abdullah II. Di dalam sebuah video pernyataan yang diperoleh BBC dia menyampaikan saat ini dirinya tengah diisolasi.
Komunikasinya telah diputus dan diberitahu oleh militer jika dia tidak boleh pergi. Kondisi ini mengindikasikan jika dia berada di bawah tahanan rumah.
Pangeran Hamzah adalah putra tertua mendiang Raja Hussein dan istrinya yang lahir di Amerika, Ratu Noor, dan merupakan saudara tiri Raja Abdullah.
Dalam vidio tersebut Pangeran Hamzah mengatakan dirinya mendapatkan kunjungan dari Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Yordania pada pagi hari. Dia diberitahu agar tidak keluar dan berkomunikasi dengan orang lain ataupun bertemu dengan mereka.
"Dia memberi tahu saya bahwa saya tidak boleh keluar untuk berkomunikasi dengan orang atau bertemu dengan mereka, karena dalam pertemuan itu saya telah hadir di atau di media sosial terkait kunjungan yang saya lakukan, ada kritik terhadap pemerintah atau Raja," ungkapnya dilansir Minggu, (04/04/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan dirinya bukan bagian dari konspirasi atau organisasi jahat atau kelompok yang didukung asing seperti yang selalu menjadi klaim di sini bagi siapa pun yang berbicara.
Di dalam video ini dia menyalahkan para pemimpin negara yang bertanggung jawab atas kerusakan dalam pemerintahan, atas korupsi, dan atas ketidakmampuan yang lazim dalam struktur pemerintahan kita selama 15 hingga 20 tahun terakhir.
"Ini adalah bentuk komunikasi terakhir saya, internet satelit, yang saya miliki. Dan saya telah diberitahu oleh perusahaan bahwa mereka diperintahkan untuk menghentikannya, jadi ini mungkin yang terakhir, saya dapat berkomunikasi," kata Hamzah.
Arab Saudi menyampaikan dukungan keputusan Raja Abdullah untuk menjaga keamanan negaranya, menurut pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi Press Agency, Sabtu, (03/04/2021).
Setidaknya tujuh negara lain termasuk Uni Emirat Arab, Mesir, Bahrain dan Kuwait telah merilis pernyataan yang menyatakan dukungan mereka untuk Raja Abdullah.
Dewan Kerjasama Teluk, persatuan politik dan ekonomi negara-negara Arab yang berbatasan dengan Teluk, juga telah menyatakan dukungannya.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan pada hari Sabtu bahwa Raja Abdullah adalah mitra kunci AS.
"Kami dengan cermat mengikuti laporan dan berhubungan dengan pejabat Yordania. Raja Abdullah adalah mitra utama Amerika Serikat, dan dia mendapat dukungan penuh kami," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam email ke CNN.
Raja Abdullah telah memerintah negara itu sejak kematian ayahnya, Raja Hussein, pada 1999.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Retno Marsudi 'Sowan' Menlu Yordania di Amman, Bahas Apa Ya?