
Kerajaan Yordania Geger karena Eks Putra Mahkota, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Putra Mahkota Yordania, Hamzah menyerahkan kembali gelar pangerannya pada kerajaan, Minggu (3/4/2022). Ini ia tegaskan dalam postingan Twitter.
Hamzah sebelumnya disebut terlibat rencana kudeta ke saudara tirinya yang kini berkuasa, Raja Abdullah II, tahun lalu. Ia pun ditempatkan dalam tahanan rumah.
Mengutip Reuters, Hamzah berujar aksinya merupakan protes pada kebijakan Yordania sekarang. Menurutnya dari apa yang ia saksikan selama ini, sangat sulit untuk mendukung kebijakan lembaga-lembaga di negeri itu.
"Saya telah sampai pada kesimpulan bahwa keyakinan dan prinsip pribadi saya yang ditanamkan ayah saya (almarhum Raja Hussein) tidak sejalan dengan arahan, dan metode modern dari institusi kami," tulisnya.
![]() Pangeran Hamzah Bin Hussein (File REUTERS) |
Dalam pernyataan Minggu, dia menegaskan akan terus melayani Yordania dalam kehidupan pribadinya meski tak menyebut raja atau peran masa depan untuk dirinya sendiri. Pihak Royal Court belum berkomentar atas keputusan Pangeran Hamzah melepaskan gelarnya.
Sebelumnya, Hamzah diangkat sebagai putra mahkota ketika Raja Hussein meninggal pada 1999 dan Abdullah II menjadi raja, atas permintaan ayahnya. Tetapi, ia kehilangan gelar lima tahun kemudian saat Abdullah II mengangkat putranya sebagai ahli waris.
April 2021, Hamzah disebut terlibat rencana kudeta ke pemerintah. Ini buntut penangkapan anggota kerajaan Yordania Hassan bin Zaid dan mantan kepala istana, Basem Awadallah.
"Dia memberi tahu saya bahwa saya tidak boleh keluar untuk berkomunikasi dengan orang atau bertemu dengan mereka, karena dalam pertemuan itu saya telah hadir di atau di media sosial terkait kunjungan yang saya lakukan, ada kritik terhadap pemerintah atau Raja," ungkap Hamzah kala itu, setelah mendapat kunjungan Kepala Angkatan Bersenjata Yordania.
Ia membantah bagian dari konspirasi atau organisasi jahat. Namun, di dalam video ini dia menyalahkan para pemimpin negara itu yang bertanggung jawab atas kerusakan dalam pemerintahan, atas korupsi, dan atas ketidakmampuan yang lazim dalam struktur pemerintahan selama 15 hingga 20 tahun terakhir.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terjadi Ledakan Gas di Yordania, 10 Orang Tewas