Mudik Dilarang, Ekonomi RI Malah Bisa Tumbuh 7% Lho!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 March 2021 12:55
Pemeriksaan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen
Foto: Pemeriksaan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah resmi tidak menganjurkan rakyat Indonesia untuk mudik alias pulang kampung pada Idul Fitri tahun ini. Kebijakan serupa juga ditempuh tahun lalu.

"Cuti bersama Idul Fitri satu hari ada, tapi nggak boleh ada aktivitas mudik. Pemberian bansos akan diberikan," kata Muhadjir Effendy, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Apa boleh buat, seperti negara-negara lain, Indonesia memang masih harus bergumul dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Per 26 Maret 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona mencapai 1.487.541 orang. Bertambah 4.982 orang dibandingkan hari sebelumnya, penambahan harian terendah sejak 21 Maret 2020.

Dalam 14 hari terakhir (13-26 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien positif adalah 5.529 orang per hari. Turun drastis dibandingkan rerata dua minggu sebelumnya yaitu 6.233 orang setiap harinya.

Meski kurva kasus Indonesia melandai, tetapi kewaspadaan tidak boleh kendur. Ini yang membuat pemerintah masih terus memperpanjang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Aktivitas Masyarakat (PPKM) dan kemudian melarang mudik saat lebaran.

Mudik tidak hanya aktivitas emosional, berkumpul bersama keluarga dan sahabat di kampung halaman. Mudik juga merupakan fenomena ekonomi, pemerataan pendapatan.

Berbekal Tunjangan Hari Raya (THR), mereka yang sudah sukses di kota berbagi kebahagiaan di desa. Tidak hanya 'salam tempel', tetapi juga membeli berbagai barang dan jasa. Perputaran uang ini yang membuat ekonomi bergerak, tidak hanya di kota besar tetapi juga di desa-desa.

So, apakah larangan mudik bakal melemahkan ekonomi Ibu Pertiwi? Sejauh apa dampaknya?

Halaman Selanjutnya --> Ekonomi Indonesia Mengangkasa!

Bahana Sekuritas dalam riset terbarunya menanggapi larangan mudik justru tidak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi malah menaikkannya. Kok bisa?

"Awalnya kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2021 adalah 4,3%, naik 2,2 poin persentase dari tahun lalu. Kini kami mempertimbangkan untuk menaikkan proyeksi itu menjadi 5,1-6%," sebut riset Bahana Sekuritas.

Khusus pada kuartal II-2021, yang bertepatan dengan Ramadan-Idul Fitri, Bahana Sekuritas 'meramal' ekonomi Tanah Air tumbuh 7,82%. Jika ini terwujud, maka akan menjadi laju tercepat sejak kuartal IV-1996, saat Indonesia belum mengalami krisis moneter (krismon) dan pemerintahan Orde Baru masih berkuasa.

Mengapa mudik dilarang tetapi ekonomi malah berlari kencang?

"Kalau tidak ada mudik, maka warga Jakarta tidak akan pregi keluar kota dan memiiih untuk membelanjakan uangnya di Jakarta. Perlu dicatat bahwa Jakarta menyumbang sekitar 20% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional," tulis riset Bahana.

Jadi kalau ekonomi Jakarta tumbuh tinggi karena warganya tidak mudik, maka PDB Indonesia secara keseluruhan akan terdongkrak. Apalagi ada alasan bagi warga Jakarta untuk mulai berani beraktivitas di luar rumah karena vaksinasi yang semakin cepat dan luas.

Bahana Sekuritas mencatat, sudah 997.730 orang warga Jakarta yang mendapatkan vaksin, di mana 294.083 di antaranya telah menerima vaksinasi kedua. Artinya, sembilan dari 100 orang Jakarta sudah divaksin, jauh di atas rata-rata nasional yaitu 2:100.

Tingkat kesembuhan dari virus corona di Jakarta pun tinggi yaitu 96,7%. Cukup jauh di atas rata-rata nasional yakni 88,8%.

"Larangan mudik mungkin akan mempengaruhi ekonomi, tetapi tetap bisa tumbuh di atas 7% pada kuartal II-2021. Bahkan mungkin bisa lebih tinggi jika vaksinasi lebih cepat lagi, yang menyebabkan peningkatan mobilitas dan kepercayaan konsumen," lanjut riset Bahana Sekuritas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article RI Larang Mudik Lebaran, China Duluan No Mudik Imlek

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular