PM Pakistan Positif Covid-19 Usai Vaksin, Ini Analisa Pakar

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
21 March 2021 17:00
FILE - In this Dec. 25, 2020, file photo, released by Xinhua News Agency, packages of COVID-19 inactivated vaccine products are seen at a production plant of the Beijing Biological Products Institute Co., Ltd, a unit of state-owned Sinopharm in Beijing. China has given conditional approval to a coronavirus vaccine developed by state-owned Sinopharm. The vaccine is the first one approved for general use in China.(Zhang Yuwei/Xinhua via AP, File)
Foto: Vaksin Sinopharm (Zhang Yuwei/Xinhua via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dinyatakan positif terjangkit Covid-19 pada Sabtu (20/3/2021) waktu setempat. Pernyataan itu disampaikan oleh Kantor PM Pakistan sebagaimana dilaporkan AFP.

Imran terkena Covid-19 dua hari setelah menerima vaksin asal China, yaitu Sinopharm. "Pada titik ini, Kantor PM hanya dapat mengonfirmasi hasil tes PM positif Covid-19. Yang bersangkutan telah mengisolasi diri," tulis Kantor PM Pakistan.

Menanggapi hal ini, Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, fenomena tersebut dapat terjadi karena berbagai kemungkinan.

Pertama, belum cukupnya antibodi dalam tubuh. Proteksi kekebalan baru akan terbentuk dengan baik beberapa waktu sesudah suntikan kedua. Artinya, beberapa hari sesudah suntikan pertama maka memang belum cukup terbentuk antibodi dalam tubuh manusia untuk mencegah terjadinya penyakit.

"Jadi, kemungkinan pertama seseorang ternyata COVID-19 positif beberapa hari sesudah disuntik vaksin adalah karena memang dia belum ada cukup antibodi sehingga masih mungkin tertular dan sakit," kata Profesor Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini, dalam keterangan tertulis, Minggu (21/3/2021).

Lebih lanjut, kasus positif usai vaksin ini bisa juga dapat terjadi karena sudah tertular Covid-19 sebelum divaksin. Misalnya saja, seseorang tertular virus COVID-19 pada tanggal 1, mungkin karena tidak mentaati protokol kesehatan, lalu tanggal 4 dia disuntik vaksin, dan lalu tanggal 7 dia menjalani tes PCR dan ternyata positif COVID-19, maka tentu kejadian sakitnya memang sudah terjadi sebelum vaksin dilakukan.

"Kita tahu akan ada masa inkubasi yang katakanlah 7 hari, jadi walau virus masuk tanggal 1 maka baru sekitar tanggal 7 akan ada gejala dan tes dilakukan," ungkapnya.

Penjelasan ketiga mengenai efikasi vaksin tersebut. Vaksin COVID-19 yang ada di dunia sekarang ini tidak ada yang efikasinya 100% atau tidak ada vaksin yang sepenuhnya dapat menjamin bahwa seseorang tidak akan bisa sakit sama sekali, tidak ada proteksi 100%.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini menjelaskan, angka efikasi yang ada menunjukkan persentase rendahnya kemungkinan tertular dibandingkan mereka yang tidak divaksin. Jadi, kalau efikasi di bawah 100% seperti yang ada sekarang ini maka pasti akan ada saja kemungkinan seseorang tetap dapat tertular dan jadi sakit walau sudah dapat vaksinasi secara lengkap, hanya saja kemungkinan jadi sakitnya menjadi lebih kecil sejalan dengan angka efikasi vaksin yang bersangkutan.

"Penelitian vaksin sejauh ini juga belum dapat sepenuhnya menjawab bahwa apakah sesudah divaksin maka kalau seseorang jadi positif maka dia akan menular atau tidak," bebernya.

Selain itu, menurut Tjandra, memang belum ada angka pasti berapa lama proteksi akan bertahan. Tetapi, secara jelas dan berbukti ilmiah bahwa vaksin memang akan melindungi seseorang dari virus Corona tipe baru ini.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ledakan Gedung Di Pakistan Tewaskan 3 Orang & Belasan Luka

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular