Mendag: Harga Mi Instan Rp2.500, Ada Ongkos Garam Rp2/Bungkus

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 March 2021 16:57
A worker holds instant noodle packs at a market in Jakarta, Indonesia, March 12, 2018. Picture taken March 12, 2018. REUTERS/Beawiharta
Foto: REUTERS/Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada alasan mendasar kenapa impor garam terus terjadi setiap tahun. Persoalan kualitas jadi masalah yang belum terpecahkan di tengah rencana impor 3 juta ton beras.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi beralasan bahwa keputusan itu karena garam dari dalam negeri belum memenuhi standar yang ada untuk kebutuhan industri. Ia memberikan contoh yang terjadi pada industri mi instan.

"Garam itu namanya sama, harganya sama, tapi kualitasnya berbeda. Jadi yang kita bicarakan sekarang ini garam hasil dari impor untuk kebutuhan industri, dimana garam kita yang dikerjakan PT. Garam dan petani rakyat belum bisa menyamai kualitas garam industri tersebut," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/21).

Akibat perbedaan kualitas itu, garam lokal tidak memenuhi mutu untuk masuk ke dalam kebutuhan industri. Jika dipaksakan, bukan tidak mungkin hasilnya justru fatal dan menimbulkan kerugian bagi industri pengguna garam industri.

"Saya ceritakan ada masalah-masalahnya di masa lampau, mi instan harganya kira-kira Rp 2.500, itu di dalamnya harga ongkos garam Rp 2. Tapi kalau garamnya nggak sesuai spek industri, garam yang Rp 2 bisa menghancurkan mie instan yang Rp 2.500. Ini yang jadi permasalahannya, garam boleh sama asin tapi kualitasnya beda," sebutnya.

Masalah impor garam memang datang dari tahun ke tahun, inti persoalannya pun tetap sama, yakni kualitas dalam negeri yang belum memenuhi standar. Lutfi mengingatkan bahwa demi menuju swasembada, maka perlu juga mengejar kualitas garam rakyat.

"Ini yang sebenarnya industri nasional perlu lihat kesempatan untuk memperbaiki struktur industri garam nasional. Tapi ini kan urusan saya di perdagangan, kalo boleh karena ini urusan industri, bisa tanya Pak Agus Gumiwang (Menteri Perindustrian)," sebutnya.

Sementara itu Menperin Agus mengatakan ada kebutuhan dari industri untuk menyerap garam lokal.

"Kebutuhan garam bagi sektor industri saat ini terus meningkat dengan produktivitasnya yang tinggi. Kami berharap, penyerapan garam berkualitas dari para petani garam dapat mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut," kata dalam keterangan resmi, Jumat (19/3/21).

Ia yakin dengan Memorandum of Understanding (MoU) antara kelompok petani garam dengan pelaku industri yang sudah berjalan hampir dua tahun, akan ada garam yang terserap untuk industri. Kemneperin bahkan mengklaim industri menyerap lebih dari 2 juta ton garam lokal.

"Ini merupakan penugasan dari Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian. Kami juga mendorong penyerapan untuk garam dengan kualitas mulai K2, K1, hingga premium," ujarnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kandungan Mi Instan Ini Bikin Harganya 'Terbang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular