Seram! Tekstil China Hasil Limbah Beracun Nyelonong Masuk RI

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
18 March 2021 12:55
Pedagang beraktivitas di salah satu gerai kain di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (11/11/2020). Pasar dalam negeri kembali dibanjiri oleh produk impor baik dalam bentuk kain maupun pakaian jadi di tengah lesunya industri domestik. Sengkarut industri tekstil terkait masalah impor masih belum berkesudahan. Saat ini ada tarik-tarikan kepentingan antara pelaku usaha industri soal mekanisme impor bahan baku yang efeknya bisa berbeda dari masing-masing industri hulu dan hilir. mengutip berita CNBC Indonesia pada 10 November, Kementerian Perdagangan dikabarkan bakal merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) mengenai aturan main importasi tekstil. Hal ini tidak lepas dari dorongan industri dalam negeri yang meminta adanya perubahan regulasi dari aturan-aturan yang lama. Maklum, beberapa revisi Permendag yang mengatur impor sejak tahun 2015 dinilai selalu pro barang impor. Pantauan CNBC Indonesia salah satu pemilik toko mengatakan bahwa bahan yang ia beli Grosiran di Bandung, Tasik dan sekitarnya. Namun tidak diketahui dari Mama bahan dasar tekstil itu berasal. Kalangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) termasuk di sektor hulu seperti benang masih mengeluhkan adanya gangguan produk impor. Masih ada persoalan tak harmoninya kebijakan sehingga ada industri yang kena dampak.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pedagang beraktivitas di Pasar Rabu (11/11/2020). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa ada produk tekstil China yang dibuat dari bahan baku yang tidak semestinya. Produk tersebut banyak beredar di Indonesia melalui e-commerce. Tidak sedikit masyarakat yang meminati karena harganya cenderung miring.

"Dari China terkadang dalam satu studi ditunjukkan bahwa produk tekstilnya kadang-kadang limbah sebenarnya, kadang beracun dan berbahaya. Tapi kita nggak pernah tahu, dijahit saja sama mereka, sampai tuh ke Indonesia. Nggak ada izin edar, nggak ada ini, nggak ada itu, pokoknya masuk saja," katanya dalam Youtube Katadata, Kamis (18/3/21).

Lutfi akan mengatur peredaran produk seperti itu karena bakal membahayakan masyarakat. Selain itu, ada ketidakadilan dalam kompetisi dengan produk lokal. Ketika produk dari China berhasil menekan harga, UMKM Indonesia kesulitan mengakalinya dan akhirnya menjual dengan harga tinggi. Akibatnya, pelaku usaha dalam negeri harus kalah bersaing.

"Ini yang kejadian. Banyak pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang terhempas keluar dari pertandingan, karena level equal playing field nggak ada. Kadang-kadang kalau di Indonesia untuk masuk menjual kain perlu ada SNI (Standar Nasional Indonesia), izin edar, izin ini, izin itu," sebut Lutfi.

Salah satu contoh pengusaha dalam negeri di tangan produk impor adalah ketika sebuah usaha dalam negeri yang berhasil maju dengan mempekerjakan 3.400 pekerja pada medio 2016-2018 lalu. Industri ini memiliki perputaran ekonomi lebih dari US$ 650 ribu dollar/tahun atau Rp. 9,3 miliar.

Sayang, ketika industrinya maju, ada e-commerce yang membocorkan beragam data dari usaha dalam negeri tersebut melalui artificial intelligence (AI) kepada industri China. Alhasil, produk impor membanjiri Indonesia dengan harga yang sangat timpang dan usaha dalam negeri jadi mati.

"Kalau kejadiannya kaya itu, e-commerce ini pertarungannya, perjumpaan penjual dan pembeli nggak diatur, karenanya nggak diatur seperti pertandingan tinju, pertadingan bakal berjalan secara liar. Ini yang kejadian," sebutnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Help! Tekstil RI Masih Terus Digempur Barang Impor Ilegal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular