Internasional

Siap-siap 'Angin Surga', AS-China 'Duet Maut' di Alaska

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 March 2021 10:40
FILE - In this Dec. 4, 2013, file photo, Chinese President Xi Jinping, right, shakes hands with then U.S. Vice President Joe Biden as they pose for photos at the Great Hall of the People in Beijing. As Americans celebrate or fume over the new president-elect, many in Asia are waking up to the reality of a Joe Biden administration with decidedly mixed feelings. Relief and hopes of economic and environmental revival jostle with needling anxiety and fears of inattention. The two nations are inexorably entwined, economically and politically, even as the U.S. military presence in the Pacific chafes against China’s expanded effort to have its way in what it sees as its natural sphere of influence. (AP Photo/Lintao Zhang, Pool, File)
Foto: Presiden China Xi Jinping (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS Joe Biden (4/12/2020). (AP/Lintao Zhang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pejabat senior Amerika Serikat (AS) akan mengadakan pembicaraan tatap muka tingkat tinggi dengan perwakilan China. Ini diagendakan terjadi minggu depan di negara bagian Alaska, AS.

lLangkah tersebut menjadi 'duet' China-AS pertama pasca Presiden Joe Biden menjabat. Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan akan bertemu dengan Yang Jiechi, anggota badan pembuat keputusan tertinggi Partai Komunis, serta Menteri Luar Negeri Wang Yi, di Anchorage, 18 Maret mendatang.

"Pertemuan itu akan berlangsung setelah pertemuan Sekretaris Blinken dengan dua sekutu regional terdekat kami di Tokyo dan Seoul," tulis Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan Rabu (10/3/2021), dilansir dari CNBC International.

Blinken dijadwalkan melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri sebagai menteri luar negeri minggu depan.

Pada Februari, Blinken dan Yang mengadakan panggilan telepon pertama mereka dan membahas berbagai masalah. Diplomat tertinggi AS menekankan hak asasi manusia dan kudeta militer yang sedang berlangsung di Myanmar, sementara Yang meminta Washington untuk menghormati kedaulatan China.

Ketegangan antara Beijing dan Washington melonjak di bawah pemerintahan Trump, yang meningkatkan perang perdagangan dan berupaya melarang perusahaan teknologi China melakukan bisnis di AS.

Selama empat tahun terakhir, pemerintahan Trump menyalahkan China atas berbagai keluhan, termasuk pencurian kekayaan intelektual, praktik perdagangan yang tidak adil, termasuk soal pandemi virus corona.

Biden, yang berbicara dengan Presiden China Xi Jinping bulan Februari lalu, sebelumnya mengatakan bahwa pendekatannya ke China akan berbeda dari pendahulunya karena dia akan bekerja lebih dekat dengan sekutu untuk meningkatkan tekanan terhadap Beijing.

"Kami akan menghadapi pelanggaran ekonomi China," kata Biden dalam pidatonya di Departemen Luar Negeri, menggambarkan Beijing sebagai "pesaing paling serius" Amerika.

"Tapi kami juga siap bekerja dengan Beijing jika Amerika berkepentingan untuk melakukannya. Kami akan bersaing dari posisi yang kuat dengan membangun kembali lebih baik di rumah dan bekerja dengan sekutu dan mitra kami. "

Bulan lalu, Biden mengumumkan satuan tugas Departemen Pertahanan baru yang bertujuan menilai strategi militer AS di China.

"Begitulah cara kami menghadapi tantangan China dan memastikan rakyat Amerika memenangkan persaingan di masa depan," kata Biden dalam kunjungan pertamanya sebagai panglima tertinggi ke Pentagon.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Confirm Guys! AS-China Segera 'Kopi Darat' di Alaska

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular