
Properti Hunian Aman, Sektor Ini Malah Diramal Masih Suram!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan relaksasi pemerintah dalam properti baru menyasar pada pajak pertambahan nilai (PPN) dan DP 0% jadi harapan baru pasar properti. Dua relaksasi itu memiliki proyeksi agar properti bangkit, namun tidak sedikit yang pesimis bahwa semua subsektor properti bakal ikut bangkit.
"Stimulus targetnya diberikan properti residensial. Properti komersial butuh waktu, terutama untuk kota besar seperti Jakarta-Surabaya, karena ada problem internal dimana supply tumbuh berlebih dibanding penyerapan yang ada," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto kepada CNBC Indonesia, Senin (8/3/21).
Penyerapan properti komersil juga tidak menggembirakan. Seiring dengan adaptasi masyarakat untuk bekerja dari rumah (WFH), perkantoran seperti ditinggalkan oleh banyak pekerja. Banyak yang lebih memilih bekerja dari rumah. Di sisi lain, kuantitas perkantoran juga kian tumbuh di beberapa titik Jakarta, misalnya kawasan Sudirman.
Sehingga di kuartal II 2021 pun belum ada arah yang menunjukkan bahwa pergerakan properti tahun ini akan melesat tinggi dibanding tahun lalu. Namun, setidaknya akan lebih baik
"Sebaik-baiknya 5-7% cukup menggembirakan, terutama setelah masa-masa sulit. Meski nggak begitu tinggi, tapi ke depan akan akselerasi lagi mulai 2022," sebutnya.
Hal senada juga datang dari Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) Totok Lusida. Ia menilai sektor properti akan tumbuh, meski tidak begitu besar.
"Hunian kita patok min 5%. Komersial sama lah syukur-syukur bisa konsisten pemerintah jadi 7% bisa tercapai. Kemarin Januari-Desember turun karena ada statement yang membuat sentimen market turun lagi. Statement nggak hanya bursa saham yang pengaruh tapi transaksi riil juga ngaruh," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WFH Tahap 1, Sinar Mas Land Jual 400 Rumah Senilai Rp 700 M