
Ini Daerah di RI yang 'Simpan' Harta Karun Energi Terbesar

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dianugerahi potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat melimpah. Salah satunya yaitu energi surya yang potensinya bahkan mencapai 10x lipat dari panas bumi, yakni mencapai sebesar 207,8 giga watt (GW).
Lalu, di mana saja potensi energi surya ini tersebar?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan salah satu wilayah yang memiliki potensi energi surya tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara teoritis, potensi energi surya di NTT mencapai 66.205 mega watt (MW) dan potensi teknis mencapai 9.931 MW.
"Kita bisa lihat potensi energi surya di NTT besar. Potensi bisa 66 ribu MW, secara teknis 10 GW," paparnya dalam 'Webinar Peta Jalan Menuju Ketahanan dan Percepatan Transisi Energi Nasional', Rabu (03/03/2021).
Salah satu pemanfaatan energi surya yang akan digencarkan pemerintah yaitu dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di atas waduk atau danau. Total potensinya mencapai 28.197,6 MW.
Secara rinci, sebaran potensi PLTS terapung di Indonesia di antaranya Sumatera 7.150 MW di 3 lokasi, Kalimantan sebesar 26,7 MW di 1 lokasi, Sulawesi sebesar 2.919 MW di 6 lokasi.
Kemudian Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) sebesar 1.919,6 MW di 13 lokasi, dan terakhir Maluku, Papua, Nusa Tenggara (MPNT) sebesar 39,4 MW di 5 lokasi.
"Kita punya potensi PLTS terapung besar, 28 GW di 28 lokasi, hanya manfaatkan 5% dari permukaan itu dipasang di atasnya," imbuhnya.
Pemerintah memilih energi surya untuk mendorong percepatan pencapaian EBT sebesar 23% pada 2025. Pasalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dinilai memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan pembangkit lain.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Chrisnawan Aditya mengatakan, salah satu kelebihan PLTS dibandingkan pembangkit lainnya yaitu cepat dalam proses pembangunannya. Selain itu, ongkos dari teknologinya juga sudah turun drastis sejak 2013.
"Tahun 2013 harganya 20 sen dolar (per kWh), lima tahun terakhir jadi 10 sen, dan terakhir PLTS Apung di Cirata harganya 5,81 sen dolar (per kWh), sudah drop," paparnya dalam live Instagram akun resmi Kementerian ESDM, Jumat (19/02/2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakai PLTS Atap, Bisa Hemat Tagihan Listrik Sampai 30%, Mau?