Apaan Lagi nih, kok WHO Ungkap Masalah Baru Vaksin Covid-19?

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
28 February 2021 11:27
Tedros Adhanom. AP/Christophe Ena
Foto: Tedros Adhanom. AP/Christophe Ena

Jakarta, CNBC Indonesia - Adanya vaksin Covid-19 diharapkan dapat menjadi penawar dan salah satu solusi dalam pengendalian pandemi. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin Covid-19, dan proses vaksinasi pun sudah di mulai di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Nyatanya, adanya vaksinasi tidak langsung menyelesaikan masalah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah 'pusing', terkait pasokan vaksin Covid-19 yang adil di seluruh dunia.

Pasalnya, saat ini sejumlah negara kaya agresif berburu kesepakatan langsung dengan perusahaan obat guna mendapat vaksin. WHO menilai hal ini bisa menjadi ancaman dan membahayakan pasokan vaksin ke negara miskin dan berpenghasilan menegah terutama yang tergabung dalam COVAX.

"Sekarang, beberapa negara masih mengejar kesepakatan yang akan membahayakan pasokan COVAX. Tanpa ragu," kata penasihat senior WHO Bruce Aylward dilansir dari Reuters Sabtu (27/2/2021).

COVID-19 Vaccines Global Access, disingkat sebagai COVAX merupakan sebuah inisiatif global yang ditujukan untuk akses setara untuk vaksin-vaksin Covid-19.

Covax dipimpin oleh Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI), WHO, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan sejumlah negara.

Jauh sebelum vaksin Covid-19 dipasarkan, WHO telah meminta negara kaya untuk membagi vaksin secara adil. COVAX sebenarnya akan membagikan 1,3 juta miliar vaksin ke negara miskin dan berkembang tahun ini namun hingga kini peluncuran sangat lambat.

Rapuhnya sistem distribusi vaksin yang merata untuk seluruh dunia pun diakui oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dia mengatakan dunia tidak akan pulih tanpa adanya ketersediaan vaksin yang mencukupi.

"Kami tidak bisa mengalahkan Covid tanpa ekuitas vaksin. Dunia kita tidak akan pulih cukup cepat tanpa ekuitas vaksin. ini jelas," tegasnya.

"Kami telah membuat kemajuan besar. Tapi kemajuan itu rapuh. Kami perlu mempercepat pasokan dan distribusi vaksin. (Namun) kami tidak dapat melakukannya jika beberapa negara terus mendekati produsen yang memproduksi vaksin yang diandalkan COVAX," tambahnya.

Sebelumnya Organisasi perdagangan Dunia (WTO) juga membuka gagasan agar negara maju melepaskan sementara waktu 'hak kekayaan intelektual' atas vaksin untuk melawan Covid-19. Ini sebelumnya kerap ditentang negara-negara kaya dengan industri farmasi besar.

"Prioritas utamanya adalah memastikan badan perdagangan berbuat lebih banyak untuk mengatasi pandemi Covid-19, menyebut disparitas dalam tingkat vaksin antara kaya dan miskin tidak masuk akal," tulis Reuters mengutip Kepala WTO Ngozi Okojo-Iweala, yang baru terpilih.

WTO akan segera melakukan konsensus ke 164 anggotanya. Namun jika terjadi deadlock, maka akan dilakukan pemungutan suara.

Data Worldometers, menunjukkan ada 114,08 juta orang di dunia telah terinfeksi virus ini dengan kematian mencapai 2,5 3juta. Sebanyak 89,6 juta orang telah sembuh dari penyakit ini.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 184 Negara Bergabung Dalam Komitmen Covax

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular