
Biar Harga Listrik PLTP Murah, Geo Dipa Turunkan Capex 20%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) semakin lama bisa semakin rendah atau kompetitif. Namun, khusus EBT panas bumi, hal ini tidak berlaku.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki Firmandha Ibrahim.
Dia menyebut, tarif listrik panas bumi relatif stagnan hingga saat ini karena tingginya modal (capital expenditure/ capex) yang dibutuhkan. Agar bisa kompetitif dengan EBT lainnya, menurutnya Geo Dipa berupaya menurunkan belanja modal sampai dengan 20%.
Tujuannya, agar tarif listrik bisa turun 5%-10%, sehingga bisa bersaing dengan pembangkit listrik berbasis EBT lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Saya harap bagaimana bisa turunkan harga panas bumi. PLTS meski tergantung sama matahari, tapi bisa turun. Bagaimana dengan kita. Terobosan pertama, kami jalankan capex Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) harus turun 20%," paparnya dalam I-4 Lecture Series Energy #1, melalui kanal YouTube, Jumat (26/02/2021).
Dia menyebut, penurunan belanja modal sudah berhasil dilakukan di PLTP Dieng 2 dan PLTP Patuha 2. Diharapkan, jangan sampai untuk pengeboran menelan ongkos sampai US$ 7-10 juta.
"Bagaimana semurah mungkin, lalu tarif listrik kita harapkan bisa turun 5-10%," ujarnya.
Seperti diketahui, PLTS menjadi sumber EBT yang paling didorong pemerintah untuk mengejar target bauran energi 23% pada 2025 mendatang. Salah satu kelebihannya adalah pemasangan PLTS bisa cepat dan ongkos teknologinya semakin murah.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Chrisnawan Aditya mengatakan tahun 2013 harganya 20 sen dolar (per kWh), lima tahun terakhir jadi 10 sen, dan terakhir PLTS Apung di Cirata harganya 5,81 sen dolar (per kWh).
Bahkan, menurutnya sudah ada calon investor yang berminat untuk investasi pembangunan PLTS di Tanah Air dengan harga listrik yang jauh lebih rendah, yakni 4 sen dolar per kWh.
Dengan harga jual listrik yang semakin kompetitif, maka menurutnya ini akan semakin menguntungkan bagi RI untuk mengembangkan PLTS dan juga bisa mencapai target bauran energi RI sebesar 23% pada 2025.
"Ke depan, kita ada investor yang berminat bangun dengan harga 4 sen (dolar). Indonesia potensinya sudah teridentifikasi bisa 207,8 giga watt (GW) energi surya saja, pemakaian baru 153 mega watt (MW)," ungkapnya, Jumat (19/02/2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Harta Karun Energi Terbesar ke-2 Dunia, Tapi RI Abaikan
