Butuh Investasi Besar, RI Cari Green Fund Proyek Panas Bumi

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
26 February 2021 15:57
Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Sokoria sebanyak 5 MW/Gustidha Budiartie
Foto: Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Sokoria sebanyak 5 MW/Gustidha Budiartie

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dianugerahi potensi panas bumi yang begitu melimpah. Namun, untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) diperlukan investasi besar.

Kepala Subdit Penyiapan Program Panas Bumi Direktorat Jenderal Engeri Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Havidh Nazif mengatakan, panas bumi memiliki tipikal proyek dari hulu sampai hilir. Namun sampai saat ini belum ada lembaga yang mau mendanai di bagian eksplorasi.

"Ini betul-betul high capital intensive luar biasa, diperlukan pemodal-pemodal besar," paparnya dalam I-4 Lecture Series Energy #1, melalui kanal YouTube, Jumat (26/02/2021).

Meski demikian, menurutnya masih banyak potensi pendanaan dari dunia internasional yang berasal dari green fund (pendanaan hijau) yang bisa diadopsi dan digunakan. Ini bisa menjadi kerja sama antara pemerintah dengan pemerintah (G to G).

"Ini menjadi harapan juga, bagaimana kolaborasi dengan dunia internasional yang banyak green fund. Bisa mengadopsi kerja sama pemerintah dengan pemerintah," tuturnya.

Tidak hanya masalah pendanaan, tantangan lain yang dihadapi di sektor panas bumi adalah lokasi panas bumi yang berada di area hutan konservasi. Mengenai hal ini, menurutnya sudah dilakukan kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Bagaimana melihat kawasan konservasi bisa dimanfaatkan dalam zona yang diizinkan," ujarnya.

Selanjutnya, kendala berkaitan dengan efisiensi, sehingga bisa menciptakan harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat. Kemudian, cadangan panas bumi yang tidak sesuai dengan perencanaan dan keterbatasan permintaan kelistrikan setempat.

Dan terakhir adalah isu sosial dan perizinan. Pengembangan panas bumi menurutnya berada di kawasan lingkungan masyarakat, dan tidak jarang terjadi dinamika dalam setiap pembangunannya.

Oleh karena itu, menurutnya masyarakat perlu diberikan pemahaman. Izin masyarakat bisa didapatkan dengan keterbukaan.

"Tentu ini menjadi tantangan kita semua di hampir semua lokasi kita hadapi dinamika masyarakat," imbuhnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Geothermal di Indonesia Menjanjikan Nggak Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular