Kenapa Tesla Pilih India? Ini Kata Eks Wamen ESDM Arcandra

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 February 2021 16:35
Pabrik Tesla (AP/Ben Margot)
Foto: Pabrik Tesla (AP/Ben Margot)

Arcandra bercerita pada suatu hari sempat mendapatkan undangan untuk berkunjung ke pusat teknologi yang didirikan oleh perusahaan kendaraan listrik (EV) dari luar Amerika Serikat di Silicon Valley, California.

Sesampainya di sana, ia dikejutkan dengan tidak adanya tanda-tanda bahwa ini adalah pusat teknologi untuk sebuah perusahaan automobile.

"Bagaimana tidak, selama kunjungan, kami tidak menemukan tim yang merancang body, suspensi, steering systems dan brakes," kata Arcandra bercerita.

Yang ditemui malah sebuah kantor dengan berbagai rangkaian elektronik dengan chip sirkuit terintegrasi yang paling mutakhir. Ditopang oleh sejumlah programmer andal dan tentu ditambah dengan komponen motor listrik.

Berdasarkan pengamatan yang pihaknya lakukan, strategi perusahaan EV dengan membangun pusat teknologinya di Silicon Valley itu tidak terlalu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Tesla di awal pendiriannya.

Tesla tidak mendirikan pusat teknologi dan juga pabrik manufakturnya di Detroit Michigan yang sudah menjadi pusat keunggulan industri otomotif di AS selama lebih dari satu abad. Tapi mereka mendirikannya di Sillicon Valley.

"Secara pasti tidak ada yang tahu kenapa Elon Musk memilih Silicon Valley untuk mendirikan Tesla. Namun kami menduga Tesla membutuhkan sejumlah aspek strategis untuk membangun produknya," paparnya.

Pertama, talenta-talenta terbaik di bidang teknologi informasi dengan budaya kerja yang sudah teruji menghasilkan teknologi yg merubah peradaban manusia seperti Google, Apple dll.

"Kedua, technology chips paling mutakhir yang bisa didapat dengan bekerja dalam ekosistem yang sudah terbentuk di Silicon Valley."

Mengenai kendaraan listrik, Arcandra menjelaskan secara garis besar, teknologi mobil listrik hanya mengganti sekitar 30% dari komponen mobil motor berbahan bakar fosil. Artinya, sisa komponen 70%-nya adalah sama, tersedia, dan sangat matang.

Oleh karena itu, dia menduga barangkali tidak diperlukan lagi riset yang lebih dalam lagi. Arcandra beranggapan jika Elon Musk sangat cerdas untuk tidak bermain di komponen yang 70%, tapi dengan mengembangkan yang 30%.

"Sehingga dia akan sulit dikejar oleh kompetitor yang baru mau masuk ke teknologi EV. Patut diduga strategi Tesla itu juga dibaca oleh perusahaan EV asing yang mendirikan technology centre-nya di Silicon Valley," jelasnya.

Akhirnya mereka membawa hasil riset itu ke negara asalnya untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini negara bersangkutan ikut terjun dan berkompetisi langsung dalam pengembangan teknologi EV, bukan menunggu.

(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular