
Termasuk PLTU Batang, 2022 Akan Nambah 5.000 MW Pembangkit

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) memproyeksikan pada 2022 mendatang akan ada penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 5.000 mega watt (MW) di Jawa, Madura, dan Bali, berasal dari beberapa pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/ IPP).
Hal tersebut disampaikan Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) PT PLN (Persero) Haryanto W.S.
Dia mengatakan, salah satu pembangkit listrik yang beroperasi pada 2020 yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang 2x1.000 MW yang dikembangkan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Selain itu, lanjutnya, ada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1, dan PLTU Cirebon. Dengan demikian, total kapasitas pembangkit listrik akan bertambah sekitar 4.000-5.000 MW pada 2022.
"Tahun depan operasi beberapa IPP, PLTU Batang 2 unit, Tanjung Jati 1 unit, juga ada PLTGU Jawa 1, ada PLTU Cirebon, mungkin tahun depan akan menambah 4.000-5.000 MW," paparnya dalam Webinar Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero), Selasa (23/02/2021).
Penambahan kapasitas pembangkit listrik pada tahun depan ini diperkirakan akan membuat suplai listrik ke depan akan sangat mencukupi karena menurutnya ini akan menjadi modal dalam pelayanan PLN.
"Dengan kemampuan pembangkit, suplai listrik ke depan akan sangat mencukupi, jadi modal bagaimana melayani kebutuhan Jawa, Madura, Bali," jelasnya.
Kapasitas yang terus meningkat ini juga menuntut PLN untuk mencari permintaan baru. Pasalnya, kondisi pasokan listrik di Jamali akan berlebih.
"Jamali justru akan cenderung over supply (kelebihan pasokan), pekerjaan rumah kita bagaimana ciptakan demand di Jamali," ujarnya.
Kondisi kelebihan pasokan listrik bahkan sudah terjadi sejak 2020 lalu sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Cadangan listrik dibandingkan kapasitas beban puncak pembangkit listrik atau reserve margin melonjak menjadi 30,10% dari target 25% pada 2020.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, kondisi pembangkit listrik yang terus beroperasi, sementara permintaan listrik masyarakat turun membuat reserve margin pada 2020 mencapai 120% dari target yang dipatok sebelumnya.
"Kemarin (2020) reserve margin ditargetkan 25%. Tapi kan pembangkit nyala terus, demand turun, maka kemarin reserve margin bengkak jadi 30,10% dari target atau 120% dari target," paparnya dalam konferensi pers virtual 'Capaian Kerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 Sub Sektor Ketenagalistrikan', Rabu (13/01/2021).
Menurutnya, semakin besar reserve margin dalam kondisi saat ini, maka ini pertanda hal yang buruk. Hal ini dikarenakan ongkos yang dikeluarkan PLN menjadi bertambah.
"Ini makin gede (reserve margin), makin jelek, karena cost PLN jadi nambah," tuturnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lebih dari 50% Pembangkit Listrik RI Diklaim Bukan Punya PLN
