Jangan Remehkan Banjir Jakarta, yang Repot Bisa se-Indonesia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2021 12:15
Banjir di Kawasan Bumi Harapan Permai, Kampung Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur.  Akibat intensitas hujan lebat, Jumat  (19/Februari/2021) kemarin. Menurut Satpam yang bertugas Syahrul, air mulai masuk di kawasan komplek pada pukul 2.00 dini hari melalui anak kali Cipinang. Ditambah hujan yang belum berhenti hingga pukul 13.00 Ketinggian banjir terdalam mencapai dada orang dewasa orang dewasa. Bahkan di beberapa blok harus dievakuasi dengan perahu karet.(CNBC Indonesia/Emir)
Foto: Banjir di Kawasan Bumi Harapan Permai, Kampung Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur. Akibat intensitas hujan lebat, Jumat (19/Februari/2021) kemarin. Menurut Satpam yang bertugas Syahrul, air mulai masuk di kawasan komplek pada pukul 2.00 dini hari melalui anak kali Cipinang. Ditambah hujan yang belum berhenti hingga pukul 13.00 Ketinggian banjir terdalam mencapai dada orang dewasa orang dewasa. Bahkan di beberapa blok harus dievakuasi dengan perahu karet.(CNBC Indonesia/Emir)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir dalam skala masif kembali 'mampir' di DKI Jakarta. Tingginya curah hujan membuat banjir lagi-lagi menyambangi Ibu Kota.

Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu diperkirakan diguyur hujan sedang pada hari ini, Minggu (21/2/2022). Sementara jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur diprediksi hujan ringan.

Banjir adalah masalah sosial-kemanusiaan. Namun dampak ekonomi tidak bisa dianggap enteng.

Banjir akan membuat aktivitas dan mobilitas warga lumpuh. Proses produksi dan distribusi tentu akan terganggu.

Apalagi kalau terjadi di Jakarta, yang merupakan jantung ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Jakarta menyumbang 17,56% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Terbesar di antara provinsi-provinsi lainnya.

growthSumber: BPS DKI Jakarta

Halaman Selanjutnya --> Banjir Matikan Ekonomi

Banjir Jakarta bukan fenomena baru. Kota yang dahulu bernama Batavia ini boleh dibilang sudah 'langganan' soal banjir.

Misalnya pada 2013. Kala itu, banjir sampai menggenangi Komplek Istana Kepresidenan yang membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bekerja dengan celana tergulung.

sbyFoto: Dudi Anung/Setpres (via detikcom)

Dampak ekonomi banjir Jakarta 2013 pun tidak main-main. Aktivitas manufaktur yang dicerminkan dalam Purchasing Managers' Index (PMI) pada Januari 2013 tercatat 49,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yakni 50,7.

PMI menggunakan angkan 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, berarti dunia usaha tidak melakukan ekspansi, yang ada malah kontraksi.

Kemudian penjualan ritel. Pada Januari 2013, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel hanya tumbuh 7,99% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Jauh melambat ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 15,09% YoY.

Jadi kalau banjir tahun ini sampai berkepanjangan, maka dampak ekonominya tidak bisa dikesampingkan. Bukan hanya bagi Jakarta, tetapi sampai ke level nasional.

Halaman Selanjutnya --> Corona Masih Ganas, Datang Pula Banjir

Banjir tahun ini semakin rumit karena terjadi saat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih ganas. Ingat, Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di Ibu Pertiwi.

Per 15 Februari 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona di Ibu Kota adalah 317.432 orang. Angka ini adalah 25,9% dari total pasien nasional.

Banjir akan membuat sebagian penduduk terpaksa mengungsi. Tempat pengungsian yang padat manusia bisa menjadi 'mangsa empuk' bagi virus corona sehingga risiko ledakan jumlah kasus sangat mungkin terjadi.

Jika kasus tidak kunjung mereda, maka pemerintah tentu akan punya pertimbangan untuk terus memperpanjang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Saat PPKM terus berlaku, maka ekonomi akan sulit untuk ditumbuhkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular