Kembali Chaos, Demo Terbesar Terjadi di Sejarah Myanmar

News - Thea F, CNBC Indonesia
17 February 2021 16:12
Anti-coup protesters hold posters as they gather outside the U.N. Information Office in Yangon, Myanmar, Sunday, Feb. 14, 2021. Vast numbers of people all over Myanmar have flouted orders against demonstrations to march again in protest against the military takeover that ousted the elected government of Suu Kyi. (AP Photo) Foto: AP

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Myanmar kian memanas. Pada Rabu (17/2/2021), pengunjuk rasa anti-kudeta kembali ke jalan, menjadi demonstrasi jalanan terbesar sejak pasukan militer menyebar ke seluruh negeri untuk memadamkan oposisi terhadap junta militer baru.

Ribuan orang berunjuk rasa di Yangon. Mereka memblokir jalan dengan kendaraan untuk menghentikan pasukan keamanan bergerak di sekitar ibu kota komersial Burma tersebut.

Kerumunan unjuk rasa datang untuk menentang junta militer baru, menyusul protes jalanan nasional dan kampanye pembangkangan yang mendorong pegawai negeri untuk mogok.

"Kami harus berjuang sampai akhir," kata Nilar, seorang siswa berusia 21 tahun yang meminta untuk tidak menggunakan nama aslinya, kepada AFP. "Kami perlu menunjukkan persatuan dan kekuatan kami untuk mengakhiri pemerintahan militer. Orang-orang harus turun ke jalan."

Anti-coup protesters stand in front of an armored personnel carrier deployed outside the Central Bank building in Yangon, Myanmar Monday, Feb. 15, 2021. Sightings of armored personnel carriers in Myanmar's biggest city and an internet shutdown raised political tensions late Sunday, after vast numbers of people around the country flouted orders against demonstrations to protest the military's seizure of power. (AP Photo)Foto: AP/
Anti-coup protesters stand in front of an armored personnel carrier deployed outside the Central Bank building in Yangon, Myanmar Monday, Feb. 15, 2021. Sightings of armored personnel carriers in Myanmar's biggest city and an internet shutdown raised political tensions late Sunday, after vast numbers of people around the country flouted orders against demonstrations to protest the military's seizure of power. (AP Photo)



Demonstrasi selama dua hari terakhir terasa lebih kecil sejak pasukan dikerahkan di sekitar Yangon pada akhir pekan.

Tetapi platform media sosial dibanjiri dengan seruan untuk unjuk kekuatan oleh para pengunjuk rasa pada jam-jam sebelum junta memberlakukan pemadaman internet ketiga berturut-turut dalam semalam.

Pelapor khusus PBB Tom Andrews memperingatkan bahwa laporan tentara yang dibawa ke Yangon dapat menyebabkan situasi di sana menjadi tidak terkendali.

"Saya khawatir Rabu memiliki potensi kekerasan dalam skala yang lebih besar di Myanmar daripada yang kita saksikan sejak pengambilalihan pemerintah secara ilegal pada 1 Februari," kata Andrews dalam sebuah pernyataan.

"Kami bisa saja berada di tepi jurang militer melakukan kejahatan yang lebih besar lagi terhadap rakyat Myanmar."

Tidak ada tanda-tanda kehadiran pasukan yang kuat yang dimobilisasi di Yangon pada Rabu pagi. Dalam beberapa hari terakhir, peluru karet, gas air mata, dan bahkan ketapel telah digunakan untuk melawan pengunjuk rasa.

Seorang wanita muda masih dalam kondisi kritis di ibu kota Naypyidaw setelah ditembak di kepala oleh salah satu anggota polisi pada minggu lalu.

Militer mengatakan seorang petugas polisi tewas di Mandalay setelah konfrontasi dengan pengunjuk rasa pada hari Minggu.

"Mereka yang melakukan tindakan melanggar hukum terhadap petugas polisi akan ditangani seperlunya," kata pernyataan militer.

Sebagian besar wilayah di Myanmar dilaporkan telah melakukan pemberontakan terbuka sejak pasukan menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi pada awal Februari dan mendakwanya dengan beberapa undang-undang yang tidak jelas.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Rakyat Myanmar Tumpah ke Jalanan, Terbesar Sejak 2007


(dru)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading