Harga Rumah Turun, Tapi Stok Rumah Tetap Membludak

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada turunnya permintaan dan harga properti di Indonesia. Tapi pengembang terus membangun rumah baru, sehingga berdampak pada membludaknya stok properti di Indonesia.
Rumah.com Indonesia Property Market Index-Suplai (RIPMI-S) menunjukkan adanya lonjakan suplai rumah pada 2020 lalu. Di tengah penurunan harga properti, semua area terus menunjukkan suplai hunian yang ingin terjual meningkat.
Dalam dua kuartal terakhir (Q3-Q4) 2020, suplai properti mengalami peningkatan dengan rata-rata 37% per kuartal. Peningkatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata kuartalan dalam lima tahun terakhir sebesar 11,2% per kuartal.
Suplai properti residensial terbesar masih datang dari DKI Jakarta, yakni sebesar 32% dari total suplai nasional. Lalu disusul Jawa Barat menyumbang suplai sebesar 30%, Banten 17% dan Jawa Timur 12%.
Untuk RIPMI-S Q4 2020, Jawa Barat mengalami kenaikan 19,5% (quarter on quarter/ QoQ) menjadi provinsi yang mengalami kenaikan lebih besar dibandingkan provinsi lainya. Banten dan Jakarta naik di kisaran angka 13%, sedangkan Jawa Timur naik 9% antarkuartal.
Indeks suplai Jawa Barat mengalami kenaikan karena adanya dukungan dari wilayah Bekasi pada Q4 berada pada angka 183,8 atau naik 25,2% dari kuartal sebelumnya. Tren suplai ini meningkat baik pada tipe apartemen maupun rumah tapak.
Adapun dari segmen rumah tapak Bekasi mengalami kenaikan sebanyak 25,7% (QoQ) dengan angka indeks 173,3, sedangkan dari apartemen naik 10,2% dengan angka indeks 85,8.
Sedangkan indeks suplai Kota Tangerang Selatan berada pada angka 113,7 dengan kenaikan 16,3% antarkuartal, sementara Kabupaten Tangerang dengan indeks sebesar 227,3 mengalami kenaikan sebesar 12,1%. Kota Tangerang sendiri juga mengalami kenaikan sebanyak 16,7% antarkuartal dengan angka indeks 157,6.
Country Manager Rumah.com Marnie Novite mengatakan kenaikan suplai properti di wilayah satelit DKI Jakarta ini menjadi indikasi bahwa pengembang memfokuskan pembangunan hunian untuk kelas menengah dan menengah atas di kawasan-kawasan alternatif dengan harga yang lebih terjangkau.
"Harga properti di Kabupaten Tangerang saat ini berada pada kisaran Rp 7,4 juta per meter persegi, sementara Bekasi masih Rp 8,7 juta per meter persegi. Harga ini tentu jauh lebih rendah jika dibandingkan harga properti di Jakarta yang minimal berada di kisaran Rp 22 juta per meter persegi. Sama seperti Kota Tangerang, kawasan ini juga mengalami pembangunan infrastruktur transportasi yang aksesnya menjadi lebih mudah," katanya, seperti dikutip dalam keterangan resmi perusahaan, Selasa (16/2/2021).
Selain itu, Marnie menjelaskan, hasil risetnya menunjukkan bahwa pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan adanya penurunan harga properti. Turunnya indeks harga disebabkan oleh penurunan harga di sejumlah wilayah.
"Baru kali ini terjadi penurunan harga, baik secara kuartal dan tahunan, sehingga low season ini lebih terasa di tengah pandemi yang masih berlangsung. Secara tahunan, indeks ini mengalami penurunan yang lebih besar dari 2019 lalu, yakni sebesar 1,3%," terangnya.
Adapun penurunan harga pada kuartal keempat 2020 di DKI Jakarta turun 1,19% dibandingkan kuartal sebelumnya. Di Yogyakarta mengalami penurunan terbesar 1,96% antarkuartal, Jawa Timur juga turun 1,47%.
"Turunnya harga properti di kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat disebabkan harga properti yang sudah terlalu tinggi. Sementara konsumen properti yang aktif adalah konsumen untuk kisaran harga menengah dan atas. Berdasarkan data Rumah.com, permintaan hunian saat ini ada di kisaran Rp 300 juta - Rp 1,5 miliar," jelas Marnie.
[Gambas:Video CNBC]
Survei BI: Harga Rumah Naik, Penjualan Turun!
(wia)