
Sedih! Ekonomi Global Mulai Pulih, RI Masih Tertatih-tatih

Namun di sisi lain, ada kabar yang kurang enak. Impor Indonesia masih 'tiarap'. Pada Januari 2021, nilai impor tercatat US$ 13,34 miliar, turun 6,49% YoY.
"Terjadi penurunan impor migas 21,9% YoY dan barang non-migas sebesar 4% YoY. Ekspor naik bagus, impor masih kontraksi 6,49% YoY," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
Lho, bukannya kalau impor turun itu bagus ya? Nanti dulu, ki sanak.
Masalahnya, sebagian besar impor Indonesia adalah bahan baku/penolong dan barang modal yang digunakan untuk produksi dalam negeri. Jadi kalau impor turun, maka tandanya aktivitas produksi pun masih adem ayem, belum ada geliat yang berarti.
Pada Januari 2021, impor bahan baku/penolong tercatat US$ 9,93 miliar, tumbuh -6,1% YoY dan impor barang modal yang US$ 1,99 miliar merefleksikan penurunan -10,72% YoY. Memburuk ketimbang pencapaian Desember 2020 di mana impor bahan baku/penolong tumbuh -2,02% YoY dan barang modal masih tumbuh positif 3,17% YoY.
Tidak hanya itu, bahkan impor barang konsumsi juga turun, tepatnya -2,92% YoY. Artinya sudah produksi seret, konsumsi pun mampet. Roda ekonomi domestik belum berputar kencang.
Kesimpulan dari data yang dirilis BPS hari ini adalah terjadi anomali. Di satu sisi, perekonomian dunia terlihat mulai menggeliat, permintaan meningkat. Namun di sisi lain, ekonomi domestik malah masih tertatih-tatih, produksi dan permintaan dalam negeri masih 'sakit'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)