Sedih! Ekonomi Global Mulai Pulih, RI Masih Tertatih-tatih

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2021 13:22
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/2/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Data perdagangan internasional Indonesia pada Januari 2021 memberikan sinyal yang variatif. Ada kabar baik yaitu ekspor tumbuh mengesankan, tetapi kabar buruknya impor masih nyungsep yang menandakan produksi dan permintaan domestik belum kuat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Januari 2021 adalah US$ 15,3 miliar. Melonjak 12,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Ini membuat ekspor Indonesia tumbuh selama tiga bulan berturut-turut. Sebelumnya, ekspor sempat mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) empat bulan beruntun.

Ekspor Indonesia masih didominasi oleh dua kelompok golongan barang yaitu lemak dan minyak hewan nabati (sebagian besar minyak sawit mentah/CPO) serta bahan bakar mineral (mayoritas batu bara). Kebetulan harga komoditas andalan ekspor ini melesat.

Batu bara, misalnya, harga acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) pada akhir Januari 2021 adalah US$ 84,15/ton. Melejit hampir 27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tidak hanya harga, permintaan pun naik. Bulan lalu, impor batu bara China dari Indonesia mencapai 15,92 juta ton, melonjak 186,85% YoY. Sementara ekspor batu bara Indonesia ke India pada Januari 2021 adalah 5,7 juta ton, melesat 102,85% YoY.

Data ekspor menunjukkan bahwa permintaan global mulai pulih setelah terpukul hebat oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pemulihan ekspor tentu akan membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Performa ekspor Januari 2021 jauh lebih bagus dari Januari 2020. ini tentunya memberi harapan ekspor pada bulan-bulan ke depan akan terus tumbuh dan pemulihan ekspor bisa sesuai harapan," kata Suhariyanto, Kepala BPS.

Halaman Selanjutnya --> Tapi Ekonomi Domestik Masih Loyo

Namun di sisi lain, ada kabar yang kurang enak. Impor Indonesia masih 'tiarap'. Pada Januari 2021, nilai impor tercatat US$ 13,34 miliar, turun 6,49% YoY.

"Terjadi penurunan impor migas 21,9% YoY dan barang non-migas sebesar 4% YoY. Ekspor naik bagus, impor masih kontraksi 6,49% YoY," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Lho, bukannya kalau impor turun itu bagus ya? Nanti dulu, ki sanak.

Masalahnya, sebagian besar impor Indonesia adalah bahan baku/penolong dan barang modal yang digunakan untuk produksi dalam negeri. Jadi kalau impor turun, maka tandanya aktivitas produksi pun masih adem ayem, belum ada geliat yang berarti.

Pada Januari 2021, impor bahan baku/penolong tercatat US$ 9,93 miliar, tumbuh -6,1% YoY dan impor barang modal yang US$ 1,99 miliar merefleksikan penurunan -10,72% YoY. Memburuk ketimbang pencapaian Desember 2020 di mana impor bahan baku/penolong tumbuh -2,02% YoY dan barang modal masih tumbuh positif 3,17% YoY.

Tidak hanya itu, bahkan impor barang konsumsi juga turun, tepatnya -2,92% YoY. Artinya sudah produksi seret, konsumsi pun mampet. Roda ekonomi domestik belum berputar kencang.

Kesimpulan dari data yang dirilis BPS hari ini adalah terjadi anomali. Di satu sisi, perekonomian dunia terlihat mulai menggeliat, permintaan meningkat. Namun di sisi lain, ekonomi domestik malah masih tertatih-tatih, produksi dan permintaan dalam negeri masih 'sakit'.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kabar Gembira! Ekspor Melonjak 9% Lebih ke US$ 15,28 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular