
Laut China Selatan Panas Lagi, Investasi ASEAN Bisa Buyar!

Berdasarkan estimasi CSIS, nilai perdagangan China di LCS sudah mencapai US$ 1,4 triliun atau 39,5% dari total nilai perdagangan Negeri Panda yang melalui LCS. Peran LCS memang sentral bagi perdagangan internasional.
Apabila terjadi disrupsi karena blokade jalur hingga yang paling ekstrem berupa konfrontasi militer hanya akan menimbulkan kerugian bagi semua pihak. Baik blokade jalur maupun perang akan membuat biaya pengiriman barang menjadi semakin mahal.
Jika terjadi blokade jalur, maka akan terjadi pembengkakan biaya pengirman tadi di range US$ 64,5 miliar hingga US$ 119 miliar. Tentu saja ini menjadi poin pertimbangan juga oleh para pelaku usaha maupun investor.
Selama ini negara-negara di kawasan Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang cocok untuk relokasi pabrik. Namun apabila jalur perdagangannya berisiko besar maka akan sangat sulit bagi warga Asia Tenggara untuk membangun rantai pasoknya secara mantap.
Stabilitas politik yang goyang akibat konfrontasi militer AS-China dan para sekutunya hanya akan mengancam kekayaan alam yang terkandung dalam LCS maupun bagi mereka yang ingin berinvestasi atau berekspansi.
Kisruh berbagai pihak di arena LCS hanya akan membuat efisiensi rantai pasoka menjadi terganggu. Padahal yang dicari investor untuk menamakan modal adalah efisiensi untuk membangun rantai pasok. Jelas ini akan berpengaruh pada keputusan berinvestasi para pemilik modal maupun pengusaha.
Tadinya investasi banyak berbondong-bondong pindah ke regional ASEAN. Namun jika stabilitas regionalnya ikut terganggu maka jangan harap investor terutama di negara-negara yang mengklaim punya porsi di LCS akan tetap bertahan dan cenderung menunda keputusan untuk investasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]