
Impor Minyak Mentah 2021 Akan Melonjak 50%, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) memperkirakan impor minyak mentah (crude) pada 2021 melonjak 50% menjadi 118,4 juta barel dari 78,7 juta barel pada 2020.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan peningkatan impor minyak mentah ini dikarenakan adanya strategi perseroan di mana minyak mentah dari lapangan di dalam negeri yang memiliki harga lebih tinggi akan diekspor, namun perseroan akan mengimpor minyak mentah dengan harga yang lebih murah.
"Pengadaan crude agak berbeda di tahun ini. Kami berikan keleluasaan kepada Subholding (Pertamina) merumuskan crude mana yang menghasilkan kualitas dan yield baik. Dari simulasi yang kita lakukan dari pertengahan 2020, ada beberapa crude domestik akan lebih baik bila diekspor dan kita impor dengan harga lebih murah," tuturnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (09/02/2021).
Dengan strategi ini, menurutnya ekspor minyak mentah diperkirakan juga akan meningkat, meski impor juga meningkat.
"Ekspor crude kelihatan meningkat dari 2020 ke 2021. Kita lihat dengan volume sama ekspor dan impor, tapi ada selisih harga yang bisa membantu perbaiki CAD (Current Account Deficit). Strategi ini kita lakukan mulai pertengahan tahun lalu untuk perbaiki CAD," paparnya.
Berdasarkan data Pertamina, terjadi kenaikan impor minyak mentah sebesar 39,7 juta barel pada 2021, namun pada saat yang sama ekspor minyak mentah dalam negeri juga akan meningkat dengan volume yang sama.
Diperkirakan rata-rata harga pembelian impor minyak mentah yang merupakan bagian dari optimasi kilang Pertamina adalah US$ 57,8 per barel dan rata-rata harga ekspor crude Indonesia adalah US$ 59,8 per barel.
Diperkirakan neraca ekspor impor minyak mentah masih akan terdapat surplus senilai US$ 75 juta.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amankan Pasokan Crude, Pertamina Gencarkan Akuisisi di Luar
