Kisah Pertamina dari Rugi Jadi Untung di 2020 dan Reaksi Ahok

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
05 February 2021 15:08
SPBU Pertamina
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Nicke mengatakan perseroan mengalami tiga hantaman luar biasa pada awal pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Tiga hantaman ini biasa disebut dengan triple shocks, berupa anjloknya harga minyak, jatuhnya permintaan minyak, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Pada awal pandemi tahun lalu, harga minyak menyentuh ke titik terendah pada April-Mei, bahkan harga minyak WTI sempat tercatat minus. Lalu, dari sisi permintaan minyak, saat awal pandemi di kala pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi aktivitas masyarakat, permintaan bahan bakar minyak secara nasional menurutnya turun hingga 25%. Bahkan, di sejumlah kota besar, penurunan permintaan BBM sempat anjlok lebih dari 50%.

Begitu juga dari sisi nilai tukar rupiah, saat awal pandemi sempat melemah, sehingga menurutnya ini berdampak cukup signifikan kepada bisnis sektor energi.

Kondisi ini tak ayal membuat kinerja keuangan perseroan pada semester I 2020 anjlok menjadi US$ 767,92 juta atau setara Rp 11,33 triliun (asumsi kurs Rp 14.766/ US$). Perolehan ini berbalik dibandingkan semester I 2019 di mana Pertamina tercatat membukukan laba bersih US$ 659,96 juta atau setara Rp 9,7 triliun.

Pada semester I-2020 total penjualan Pertamina drop 19,84% menjadi US$ 20,48 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$ 25,55 miliar.

Nilai penjualan dalam 6 bulan pertama tahun ini setara dengan Rp 302,41 triliun.

Sementara itu, total beban pokok penjualan dan beban langsung turun 14,15% menjadi US$ 18,87 miliar. Tahun lalu, jumlah pos ini tercatat sebesar US$ 21,98 miliar.

(wia)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular