Satgas: Tenaga Medis Makin Alami Kelelahan & Stress

Jakarta, CNBC Indonesia- Setelah hampir setahun menghadapi pandemi Covid-19 tenaga kesehatan banyak mengalami kelelahan, burnout, hingga tekanan psikologis. Beban yang berat terutama dialami oleh tenaga medis yang harus melayani di IGD, dan mengambil keputusan prioritas pasien.
Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 dr. Mariya Mubarika mengatakan berdasarkan hasil laporan secara global, 95% tenaga kesehatan mengalami kecemasan takut tertular Covid-19. Rasa stres dan cemas yang timbul ini pun diduga membuat tenaga kesehatan yang akhirnya terpapar virus ini jauh lebih cepat memasuki fase sedang hingga tidak tertolong.
"Di awal kita bingung dengan apa yang dihadapi biarpun semakin lama banyak studi yang sehingga bisa lebih jelas memahami, tetapi virus ini cepat sekali bergantinya. Kasus pasien Orang tanpa gejala (OTG) tinggi sekali ini menyebabkan masalah ketakutan baru, masalah mutasi virus," kata Mariya, Selasa (02/02/2021).
Pandemi ini memberikan dampak hebat bagi tenaga kesehatan, mulai dari dokter, perawat, bidan, dokter gigi, laboran dan radiologi. Menurutnya tekanan psikologis terutama terjadi pada petugas kesehatan yang melayani pasien, ketika harus memutuskan mana yang masuk ICU ataupun ditangani lebih dulu dari banyaknya pasien yang masuk.
"Mereka ini yang lebih banyak cepat drop, petugas laboratorium juga, dia mengambil swab banyak sekali ini memberikan tekanan pada mereka,"ujarnya.
Selain itu, ironisnya penularan juga banyak di luar di ruang isolasi Covid-19 atau ICU, melainkan dari poli perawatan umum dari pasien OTG yang berobat ke rumah sakit. Apalagi setiap fasilitas kesehatan memiliki kepadatan yang berbeda, semakin ramai menurutnya semakin besar potensi penularan.
"Selain dari poli, data global nakes banyak tertular dari keluarganya menjaga imunitas penting. sehingga kalau tertular cukup isolasi mandiri agar tidak masuk ke fase 2," ujar Mariya.
Koordinator RS Darurat Covid-19 Mayjen TNI dr, Tugas Ratmono tumbangnya tenaga kesehatan karena kelelahan, tekanan psikologis, hingga terpapar virus menjadi hal yang dihindari. Untuk itu, di RSDC dilakukan penjadwalan yang ketat dengan 8 jam bekerja, dan 32 jam istirahat. Adapula pendampingan psikologis dan motivasi yang dilakukan untuk para tenaga kesehatan.
Dia juga memastikan rotasi relawan terus berjalan sehingga dapat menghindari risiko kelelahan.
"Mereka dihadapkan pada penanganan kasus yang sedang dan berat, itu bagi tenaga kesehatan memberikan beban psikologi yang luar biasa. Tidak semua nakes mengalami hal yang sama, dan ini jadi perhatian khusus terutama bagi yang bekerja di ICU atau IGD tentunya bebannya luar biasa mestinya harus ada shift yang lebih pendek," kata Tugas
[Gambas:Video CNBC]
Kasus Covid-19 Melesat, Tenaga Medis di RI Mulai Kelelahan
(dob/dob)