
Luhut Lobi China Biar Ekspor 'Harta Karun' RI Ini Goal Lho

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan beberapa pejabat tinggi China, yakni dengan Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Perdagangan China di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.
Dalam pertemuan itu, mereka berbincang mengenai banyak hal, salah satunya mengenai ekspor 'harta karun' Indonesia ke pasar China, yakni sarang burung walet.
Wakil Menteri Perdagangan RI Jerry Sambuaga yang mendampingi Luhut dalam pertemuan itu mengatakan bahwa potensi devisa Indonesia dari komoditas ini mencapai Rp 500 triliun. Ia menilai bukan tidak mungkin sarang burung walet akan masuk ke dalam komoditas unggulan dan bersanding dengan kelapa sawit, batu bara hingga besi dan baja.
"Saya pikir iya bisa top five komoditas ekspor, bahkan bisa lebih dari top five. Kalau kita ekspor lebih jauh bisa lebih dari 2 ribu ton, karena ada beberapa daerah di Kalimantan, Sumatra yang kaya akan sumber daya sarang burung walet," kata Jerry kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (31/01/2021).
Selama ini, Indonesia mampu memproduksi sarang burung walet sampai 2 ribu ton per tahun. Namun, belum sepenuhnya masuk ke China dengan sertifikat, sehingga sisanya belum berkontribusi pada devisa negara karena masuk melalui negara lain.
Jika potensi itu bisa dikembangkan, maka bukan tidak mungkin nilai komoditas ini melesat masuk ke dalam lima besar komoditas ekspor. Saat ini kelapa sawit masih merajai dengan US$ 20,7 miliar dan batu bara di tempat kedua dengan US$ 17,2 miliar. Ketika ditanya mengenai potensi sarang burung walet menggeser dominasi kelapa sawit di tempat pertama, Jerry enggan sesumbar.
"Saya sih positif aja, semakin banyak yang bisa jadi andalan, unggulan dan menjadi potensi maka lebih bagus, nggak hanya satu sampai dua produk aja. Dengan kepala sawit, sarang burung walet, bahkan kopi menjadi eksportir terbesar keempat di dunia," papar Jerry.
Namun, untuk mencapai izin ekspor ke China bukan sesuatu yang mudah. Ekspor sarang burung walet baru bisa masuk ke China sejak 2015 lalu, sebelumnya Indonesia kesulitan karena China meminta adanya barter komoditas lain untuk masuk ke pasar Indonesia. Padahal, masyarakat China banyak yang menggemari komoditas ini.
"Pembicaraan dengan Wamendag China tidak mengarah ke situ, kami tetap bisa ekspor sesuai persyaratan dan prosedur, kemudian sertifikasi, tapi nggak bicara barter atau produk mereka masuk ke kita, nggak ke arah sana, justru saya sampaikan dengan demand ada kenapa tidak dimudahkan aksesnya soal peningkatan sertifikasi," sebutnya.
Jerry sudah melakukan pertemuan dengan Wamendag China dan Menteri Luar Negeri China ketika mendampingi Luhut di kawasan Danau Toba beberapa waktu lalu. Komoditas ini menjadi perhatian serius dalam pertemuan tersebut.
"Kita ingin pastikan bahwa kalau selama ini ada isu-isu, tantangan di lapangan agar diselesaikan, karena beberapa waktu lalu ada sertifikasi dari beberapa perusahaan yang ada di Indonesia ke Tiongkok agak sulit mendapat sertifikat tersebut dan kami berharap ekspor kita bisa dimudahkan, terutama sertifikasi, dan responsnya positif," paparnya.
"Artinya, mereka menyadari konsumsi sarang burung walet tinggi. Mereka juga menyukai produk kita, dan ketika demand ada, kualitas bagus, dan potensial, kami berharap semoga ekspor kita makin besar," imbuhnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Baik! 'Harta Karun' RI Laku di China Sampai Rp 16 T
