
Biden Mulai Beraksi, Tebar 'Peluru' ke China, Putin & Arab

Mengutip CNBC International, pemerintah Biden membekukan sementara kesepakatan penjualan senjata dengan Arab Saudi. Menteri Luar Negeri Antony Blinken menyebut AS akan melakukan peninjauan lebih jauh.
"Untuk memastikan bahwa apa yang sedang dipertimbangkan adalah sesuatu yang memajukan tujuan strategis kami, dan memajukan kebijakan luar negeri kami," kata Blinken dikutip Jumat (29/1/2021).
Sebelumnya Trump mendukung penjualan senjata ke Arab Saudi meskipun keberatan muncul dari Kongres AS. Parlemen menentang karena catatan buruk hak asasi manusia kerajaan kaya minyak tersebut.
Akhir Desember 2020, dilansir dari Reuters, Kementerian Luar Negeri Trump telah membuat kesepakatan US$ 290 miliar (Rp 4 triliun) dengan Arab Saudi. Secara rinci, salah satu jenis senjata yang dipesan adalah bom diameter kecil GBU-39/BI (SDB I), yang dikembangkan Boeing dan diproduksi satu dekade lalu.
Bukan hanya Arab, penghentian ini juga berlaku untuk Uni Emirat Arab (UEA). Trump menyetujui penjualan US$ 23 miliar jet tempur dan drone F-35 ke negeri ini sebagai 'hadiah' negara itu mau membuka hubungan diplomatik ke Israel 2020 lalu.
Analis melihat, jeda ini bukan hal yang aneh. Tapi penjualan senjata ke dua sekutu Timur Tengah adalah hal yang bersejarah.
Di masa lalu, AS terikat perjanjian dengan Israel untuk tetap mempertahankan Keunggulan Militer Kuantitatif (QME) Israel. Sehingga penjualan pesawat tak berawak dan jet F-35 tidak dijual ke negara-negara Arab.
Biden memang berulang kaki berjanji menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi sebelumnya terkait sejumlah kasus HAM, mulai dari pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi di Oktober 2018, termasuk tudingan penyiksaan ke sejumlah aktivis wanita di negara itu.
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]
